I Wayan Gede Adriana: Selamatkan Lebah untuk Menyelamatkan Manusia

(Baliekbis.com), I Wayan Gede Adriana atau yang lebih akrab dikenal Sahabat Lebah memang militan terhadap dunia perlebahan. Cerita ini diawali ketika ia harus berhenti bekerja karena harus mengurus anaknya. Saat pulang kampung ke rumah mertua di Singaraja ia menemukan koloni lebah Trigona (kele-kele) dibekas kandang ayam milik mertua. Dari dua koloni yang diambil, ia kemudia membeli 8 koloni kepada petani lebah di Gianyar. Meski minim pengetahuan, ia berupaya mengembangkan lebah Trigona untuk memproduksi madu. Ia pun bergabung dengan berbagai komunitas peternak lebah dari luar negeri melalui media sosial untuk menambah pengetahuan.

Setelah dua tahun, hasil pengembangan 10 koloni lebah Trigona kini menjadi 50 koloni. Di sinilah masalah mulai muncul akibat kurangnya pengetahuan. Pada tahun ketiga semua koloni lebah Trigona yang telah ia kembangkan mati. Rupanya ada beberapa hal yang menjadi faktor kegagalan dalam pengebangan lebah Trigona miliknya. Pertama, kurangnya sumber makanan lebah berupa nectar dan pholen. Dengan jumlah koloni yang sangat banyak maka diperlukan sumber makanan yang banyak pula.

Lebah Trigona membutuhkan resin untuk membuat sarang dengan mengumpulkan getah-getah pohon. “Salah satu saja ada yang kurang baik itu nectar, pholen maupun resin maka akan terjadi masalah dalam menernak Lebah Trigona,” jelasnya.

Lebah Trigona juga tidak tahan dengan cuaca ekstrim. Suhu yang terlalu panas akan mempengaruhi sarang lebah yang terbuat dari getah pepohonan. Hal inilah yang membuat sarang meleleh dan menyebabkan lebah mati.
Dari kegagalan itu, Wayan Adriana pun akhirnya mulai melirik lebah Apis Cerana untuk dikembangkan.

Menurutnya mengembangkan lebah Apis Cerana lebih mudah ketimbang mengembangkan lebah Trigona, hanya saja orang lebih takut sengatannya. Uniknya, pria yang berasal dari Selat Duda Karangasem ini mengembangkan lebah Apis Cerana (Nyawan) bukan untuk memproduksi madunya melainkan melakukan pembibitan dengan membudidayakan ratu lebah.

Dengan membudidayakan ratu lebah, secara ekonomi ia dapat peluang menjual koloni lebah, kemudian penguatan ekosistem lebah, dan membentuk beekiper atau peternak lebah yang lain. ”Bagi saya, madu itu adalah hasil kecil dari budidaya lebah, ada hasil yang lebih besar seperti penyelamatan ekosistem lebah, menyelamatkan lebah berarti menyelamatkan manusia,”bebernya.
Dalam mengembangkan ratu lebah hal penting yang harus diketahui adalah waktu musim bunga.

Sebelum musim bunga, ratu lebah harus dipersiapkan. Untuk mencari ratu lebah, peternak harus tahu mana lebah betina dan lebah jantan. Setelah mengetahui lebah betina maka cari tahu larva yang umurnya kurang dari tiga hari. Hanya larva yang berusia kurang dari tiga bisa dibuat menjadi ratu lebah.

“Ratu lebah nanti yang tugasnya meregenerasi karena hanya ratu lebah yang bisa bertelur, sedangkan lebah pekerja dan lebah jantan tidak bisa,” ungakapnya. Menekuni dunia perlebahan sejak tahun 2014, kini Wayan Adriana telah banyak mengedukasi masyarakat ke berbagai desa. Hanya saja ia masih merasa gagal karena belum mampu mencetak peternak lebah. “Malah yang lebih tertarik untuk membudidayakan adalah ekspatriat karena mereka lebih fokus pada penyelamatan ekologi,” tandasnya. (ist)