Hizbullah: Waspadai Arisan Online

(Baliekbis.com), Maraknya arisan Online menjadi perhatian serius Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Apalagi disinyalir arisan yang dioperasikan salah seorang operator melalui sistem Online ini tidak diketahui siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi sesuatu. “Kita harapkan masyarakat mewaspadai bisnis model ini,” ucap Kepala OJK KR 8, Hizbullah di ruang kerjanya, Jum’at (23/2).

Adapun ciri-ciri usaha yang termasuk ilegal ini yaitu tidak memiliki kantor dan menjanjikan imbal hasil di luar kewajaran. Di samping itu dalam merekrut anggota pun menggunakan berbagai macam cara agar menarik anggota baru. “Kesannya mudah, tapi sebenarnya menjebak,” imbuhnya.

Sistem kerja yang digunakan pun memakai skema ponzi. Dimana anggota baru akan menyokong anggota sebelumnya. “Sebenarnya cara kerja mereka normatif saja, namun banyak masyarakat yang tergiur,” kata Hizbullah. Padahal kerap OJK memberikan sosialisasi dan edukasi, namun diakui acapkali masyarakat terjerumus di bisnis model ini. “Ini yang kita sesalkan,” tandasnya.

Namun demikian, selaku otoritas jasa keuangan, OJK mengimbau masyarakat untuk menghindari bisnis model ini ataupun investasi lainnya. “Jika ingin melakukan investasi yang terkait dengan sektor keuangan bisa menghubungi OJK,” jelas Bizbullah.

Dijelaskan atas permintaan Gubernur Bali, OJK telah memasang baliho ukuran besar di depan pintu keluar kantor gubernur yang bertujuan agar masyarakat tahu jenis investasi apa saja yang dilarang.

Hingga saat ini dikatakan Hizbullah terkait arisan Online di Denpasar, Bali khususnya belum ada yang melapor siapa saja yang ikut. Namun ia berpendapat seperti pengalaman sebelumnya, masyarakat akan melapor jika sudah kejadian alias dirugikan. “Nah, ini kan sangat disayangkan, setelah kejadian baru melapor, padahal sebelumnya OJK sudah mengingatkan,” ungkapnya.

Dari pengamatannya, tawaran arisan online atau sejenisnya merebak melalui jejaring sosial. Peluang inilah yang dimanfaatkan sebagian orang untuk mengeruk kepentingan pribadi. “Tidak bisa dipungkiri jika kecanggihan teknologi menjadi dua mata sisi uang, mesti bijak,” tutupnya. (bas)