“Hening” Direkomendasikan untuk Melengkapi Kebijakan “Merdeka Belajar”

(Baliekbis.com), Menyambut Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 pada 17 Agustus 2021, DPP Prajaniti Hindu Indonesia merekomendasikan “Hening” sebagai bagian dari proses pendidikan di Indonesia untuk melengkapi kebijakan “Merdeka Belajar”.

Rekomendasi dituangkan ke dalam surat khusus nomor 34/DPP Prajaniti/VIII/2021 tertanggal 8 Agustus 2021 kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Anwar Makarim.

Dalam surat yang ditandatangani langsung Ketua Umum DPP Prajaniti KS Arsana dan Sekjen I Wayan Suyasa tersebut, disampaikan 5 alasan hasil kajian DPP Prajaniti terkait pentingnya “Hening” diterapkan di dalam proses pendidikan, khususnya pada pendidikan formal di lembaga-lembaga pendidikan sejak Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi dan pendidikan informal di keluarga.

Hening adalah tradisi semua umat manusia dan warga bangsa di dunia dengan beragam penamaannya, seperti meditasi, mindfulness, moment of silent, kontemplasi, muraqabah, dan sebagainya. “Hening adalah praktik laku untuk menghadirkan cinta kasih dan kebijaksanaan dalam diri,” ujar KS Arsana.

Hening meningkatkan kecerdasan, kemampuan pengendalian diri, kesehatan mental-spiritual, dan kesadaran kemanusiaan; karena Hening menghidupkan intelek yang bertugas memandu pikiran untuk membedakan. Hening sudah dipraktikkan di banyak negara sebagai bagian dari proses belajar-mengajar di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.

Hening sangat mudah dipraktikkan, hanya duduk diam sekitar 8 (delapan) menit sebelum dan sesudah proses belajar mengajar dilakukan dan/atau sebelum tidur dan saat baru bangun tidur. “Harapan kami, dengan menjadikan Hening sebagai  bagian dari proses pendidikan di Indonesia maka pembentukan budi pekerti (akhlak) bangsa Indonesia menuju Indonesia Maju dapat diwujudkan,” kata KS Arsana.

“Rekomendasi ini kami sampaikan sebagai bentuk kepedulian kami pada upaya membangun SDM Unggul bangsa kita,” timpal Wayan Suyasa, Sekjen Prajaniti yang banyak berkecimpung dalam dunia pendidikan.

Di Eropa, negara-negara yang sudah menerapkan Hening dalam sistem pendidikan mereka di antaranya adalah Portugal, Swedia, Belanda, sedangkan di Amerika Serikat hampir di semua negara bagian mulai menerapkan Hening di sekolah-sekolah.

Di Indonesia, sekolah yang menerapkan meditasi sebagai program non-akademik adalah Sekolah Bali Mandara, Buleleng, Bali. Sekolah Bali Mandara terkenal karena prestasi-prestasinya di berbagai kompetisi internasional dan sering menjadi tempat studi banding sekolah-sekolah dari berbagai provinsi di Indonesia.

Berdasarkan berbagai studi, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh University of California yang bekerja sama dengan organisasi nirlaba Mindful Schools, yang melibatkan 937 siswa dan 47 guru di 3 sekolah distrik Oakland menyimpulan bahwa meditasi menghasilkan: 83% meningkatkan fokus, 89% regulasi emosi yang lebih baik, 76% lebih banyak kasih sayang dan 79% peningkatan keterlibatan dalam proses belajar-mengajar.

Lea Waters, Profesor Psikologi, Director of the Centre for Positive Psychology, the University of Melbourne, dalam tulisannya Why meditation should be taught in schools menyebutkan penelitian di bidang psikologi, pendidikan, dan ilmu saraf menunjukkan pengajaran meditasi di sekolah memiliki efek positif.

Dari 15 studi yang melibatkan hampir 1.800 siswa dari Australia, Kanada, India, Inggris, AS, dan Taiwan menunjukkan meditasi bermanfaat dalam banyak kasus dan menghasilkan tiga hasil yang luas bagi siswa: kesejahteraan yang lebih tinggi, keterampilan sosial yang lebih baik, dan keterampilan akademik yang lebih baik.

Siswa yang diajari meditasi di sekolah melaporkan optimisme yang lebih tinggi, emosi yang lebih positif, identitas diri yang lebih kuat, penerimaan diri yang lebih besar dan perawatan kesehatan yang lebih baik serta mengalami penurunan kecemasan, stres, dan depresi. (ist)