​Hasilkan Sarjana Berkualitas, Menhan Prabowo Dorong Revolusi STEM Kepada Perguruan Tinggi Swasta Se-Indonesia

(Baliekbis.com),Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto mendorong perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia untuk  masuk dalam revolusi STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics).

Tujuannya guna menghasilkan sarjana yang berkualitas di bidang STEM. Karena selama ini Indonesia masih dipandang jauh tertinggal dari negera lain seperti negara Amerika dan negara Tiongkok (Republik Rakyat Tiongkok/RRT).

“Bisa dibayangkan tiap tahun kedua negara ini mampu menghasilkan sarjana STEM cukup banyak. Contohnya negara RRT menghasilkan sarjana STEM sebanyak 1,3 juta orang, dan negara USA menghasilkan sarjana STEM sebanyak 300 ribu orang,” terang Prabowo di depan Rektor dan BEM PTS se-Indonesia pada acara Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Seluruh Indonesia (Aptisi) di BNDCC Nusa Dua, Sabtu (2/7).

Selanjutnya Prabowo memperlihatkan bukti lain betapa Indonesia masih tertinggal di bidang penguasaan teknologi canggih, khusus super computer. “Tahun 1996 Indonesia hanya punya 1 super computer, dan negara RRT masih nol (kosong). Tapi tahun 2017 justru negara RRT sudah memiliki 167 buah super computer, dan negara USA memiliki 165 buah super computer. Nah kita di Indonesia masih jauh tertinggal,” ucapnya.

Sembari menyampaikan kedua negara ini bisa dikatakan unggul dalam jumlah produksi computer, semi conductor, komunikasi dan obat-obatan. “Ini yang mustinya harus bisa diperjuangkan bersama, dan jangan pernah Indonesia mau kalah. Kita harus terus bisa maju dan berkembang seperti kedua negara ini,” imbuhnya.

Sementara itu Ketua Umum Aptisi Pusat Dr. M. Budi Djatmiko mendesak pemerintah untuk lebih memperhatikan PTS yang selama ini memberikan kontribusi besar terhadap negeri ini. Hasil rembuk nasional dan rapat Pengurus Pusat dan Pleno di Bali memutuskan sedikitnya tujuh poin untuk disampaikan kepada pemerintah, namun ada tiga poin yang menurut Budi sangat penting dan wajib direspon pemerintah yakni poin pertama yakni hapus biaya akreditasi mandiri, poin kedua yakni perbaiki sistem uji kompetensi dan poin ketiga yakni jatah beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah,” urainya.

Selain itu, Budi Djatmiko juga menjelaskan saat ini ada tiga jenis biaya akreditasi yakni Rp 50 juta Rp 79 juta dan Rp 82 juta. Melihat tingginya biaya akreditasi tentu Aptisi keberatan dengan biaya akreditasi mandiri tersebut dengan tiga alasan.

Pertama terlalu mahal. Kedua biaya itu bisa dibayar oleh pemerintah sehingga tidak perlu dibebankan kepada PTS. Ketiga, Aptisi mengajukan isian akreditasi berbasis Block Chain sehingga tidak berbayar dan tidak perlu mendatangkan asesor tapi kami di-review dan langsung keluar (status akredtasi PTS),” terang Budi Djatmiko.

Tuntutan lainnya adalah Aptisi mendesak pemerintah menaikkan jumlah mahasiswa PTS  penerima beasiswa KIP Kuliah. Dimana pada tahun 2020 mahasiswa PTS hanya kebagian 5 persen jatah beasiswa KIP Kuliah, tahun 2021 naik menjadi 65 persen, sekarang tahun 2022 malah turun lagi menjadi 50 persen.

“Padahal saat ini ada 4.530 PTS di bawah Aptisi dengan jumlah mahasiswa sekitar 6 juta orang dari total 9 juta mahasiswa Indonesia,” jelas Budi Djatmiko. Lanjutnya, dari apa yang disepakati Aptisi di Bali atau lebih tepat tuntutan Aptisi ini akan segera disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) oleh Pengurus Pusat Aptisi. Tuntutan Aptisi supaya biaya akreditasi dihapus.

“Ini saya harus menyampaikan, saya harus mengingatkan kepada para pemegang kebijakan, jangan salahkan saya kalau mau turuti suara Aptisi semuanya free, gratis. Kalau tidak, BEM PTS seluruh Indonesia akan turun ke Jakarta Agustus mendatang untuk menyampaikan aspirasi ini,” tegas Budi Djatmiko.

Menyinggung paparan Menhan Prabowo Subianto tentang permasalahan bangsa saat ini, Budi Djatmiko sangat mengapresiasi ide dan cara-cara Prabowo  menyelesaikan permasalahan bangsa. “Tadi hampir semua pimpinan perguruan tinggi mendukung cara pak Prabowo menyelesaikan permasalahan bangsa. Walaupun saya tidak tahu apakah beliau mau maju atau tidak (dalam Pilpres 2024, red) tapi pemikiran-pemikiran beliau tadi sangat diapresiasi oleh para pimpinan perguruan tinggi seluruh Indonesia. Aptisi mendukung pemikiran-pemikiran beliau,” tambah Budi Djatmiko. (sus)