Hari Terakhir ICNT, Lahirkan Deklarasi Gianyar 2017

(Baliekbis.com), Setelah berlangsung selama lima hari sejak Senin (11/9), kegiatan ICNT  (International Conference of National Trusts) ke-17 berakhir Jumat (15/9) dengan melahirkan Deklarasi Gianyar 2017  yang berlangsung di Gedung Samuan Tiga Bedulu. Deklarasi Gianyar 2017 ini disaksikan 200 peserta delegasi dari 31 negara serta Bupati Gianyar AAG Agung Bharata dan Chairman of Boards of Trustees Hasim Djojohadikusumo. Selama konferensi peserta selain melakukan diskusi, seminar juga melihat serta melakukan praktik keterampilan di bidang kerajinan. Peserta  juga meninjau kawasan dan lingkungan yang kaya akan pelestarian alam, budaya dan pusaka peninggalan nenek moyang. Bahkan jelang hari terakhir konferensi peserta masih melakukan diskusi sekaligus meninjau Kebun Raya Gianyar yang menyimpan aneka tanaman yang berusia ratusan tahun di Payangan. “Banyak manfaat yang kita dapat dari pertemuan internasional ini. Salah satunya adanya keputusan penting yakni lahirnya Deklarasi Gianyar 2017,” ucap Hashim yang hadir di setiap kegiatan dari sejak awal hingga akhir konferensi. Deklarasi Gianyar merupakan pernyataan dari para peserta konferensi dan didukung oleh organisasi INTO. Ada beberapa prinsip yang dinyatakan sebagai tujuan  bersama, yaitu warisan budaya adalah tanggung jawab  semua pihak, tidak hanya  LSM, tapi juga pemerintah dan masyarakat luas. “Poin-poin yang ada dalam Deklarasi Gianyar dianggap sangat krusial, karenanya perlu jadi perhatian semua pihak,” imbuh Hashim.


Sementara Bupati Gianyar AAG Agung Bharata mengatakan, meski konferensi telah berakhir, bulan depan pihaknya meminta BPPI datang lagi ke Gianyar untuk memberikan edukasi kepada anak-anak tentang museum sebagai bagian dari keberlanjutan program. Keberadaan museum menurut Bupati sangat perlu terhadap pelajar sejak dini untuk memberikan pemahaman tentang betapa pentingnya museum. Tujuannya agar anak-anak tahu akan sejarah masa lalu yang bisa memunculkan ikatan emosi. “Museum bukan hanya peraga mati, museum adalah simbol-simbol wakil masa lalu dan harus kita ambil emosi positifnya,” terangnya. Ia tidak menampik jika ke depannya program ini akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. “Namun belum untuk saat ini, tapi akan masuk dalam program ekstrakulikuler di sekolah. Nanti saya akan sampaikan kepada Menteri Pendidikan, bahwa program saya untuk tingkat SMP adalah 40 persen materinya keilmuan dan yang 60 persen budi pekerti dan budaya,” jelasnya.
Sementara itu, Chairperson BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh, menambahkan, kegiatan yang digelar mendapat apresiasi yang luar biasa dari para peserta konferensi. Menurut peserta, masyarakat Gianyar telah mampu menjadi wakil Indonesia dalam menunjukkan keramahtamahan. “Semua menyatakan kepuasan, kesenangan dan berbahagia dengan acara yang digelar di Gianyar ini. Karena ini mewakili budaya Bali, dan juga keramahan sebagai warga Indonesia,” jelasnya. (bas)