Gus Adhi: Kapal Tak Bertuan di Dermaga Benoa Harus Dipindahkan

(Baliekbis.com), Banyaknya kapal tak bertuan yang saat ini memenuhi dermaga barat Pelabuhan Benoa harus segera dipindahkan. Sebab keberadaan puluhan kapal ikan yang tak jelas pemiliknya itu selain mempersempit areal pelabuhan juga membuat kawasan itu terkesan semrawut. “Sebaiknya kapal-kapal itu dipindahkan agar pelabuhan bisa ditata lebih baik, apalagi Benoa itu berada dalam kawasan wisata,” ujar Anggota DPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi saat meninjau lokasi kebakaran puluhan kapal ikan di dermaga Benoa, Kamis (12/7) sore. Dalam pertemuan dengan GM Pelabuhan Benoa Wayan Eka Saputra dan Sekretaris ATLI (Asosiasi Tuna Longline Bali) Nyoman Sudarta terungkap kalau dermaga barat itu kelebihan daya tampung. “Kalau mengacu pada luas kolam dan panjang kawasan sekitar 800 meter, maksimal daya tampung kapal ikan di sana 400 unit,” jelas Eka Saputra. Namun saat ini kapal ikan yang ada sekitar 1.000 unit.

“Yang dimiliki ATLI saja 584, belum kapal yang lain. Sebab di pelabuhan itu juga ada kapal dari perusahaan lain serta eks kapal asing,” tambah Sekretaris ATLI Nyoman Sudarta. Di pelabuhan itu juga ada banyak kapal tanpa tuan. Kondisi itu semakin menambah padatnya areal pelabuhan. Sebenarnya menurut Sudarta, areal pelabuhan tak sepadat sekarang kalau saja ratusan kapal ikan bisa melaut. Namun karena adanya peraturan baru, kapal-kapal itu tak bisa jalan akibat izinnya belum keluar dari pusat. “Ada 101 kapal ikan mati izinnya karena belum diterbitkan Pusat sejak Januari-Juni 2018. Dan Agustus nanti akan ada 55 kapal lagi yang akan masuk dermaga dan terancam tak bisa melaut kalau izinnya belum diterbitkan Pusat,” jelasnya. Padahal menurut Sudarta untuk kelengkapan administrasi termasuk biaya sudah terpenuhi. Ia mengaku tak mengerti dengan kebijakan baru itu yang berdampak pada terhambatnya operasional kapal-kapal ikan tersebut.

Sudarta juga menyampaikan hasil tangkapan tuna yang terus merosot sehingga menyebabkan ekspor juga turun. Ekspor tuna tahun 2014 masih 15 ribu ton. Namun sejak 2015 hingga 2018 ini terus melorot. “Sekarang hanya tinggal separuhnya. Jumlah kapal tuna juga berkurang dari 699 menjadi 264 unit,” tambahnya. Sebagian kapal ada yang pindah ke Ambon karena ikan berkurang. Atas penjelasan tersebut, Gus Adhi mengatakan masalah di pelabuhan itu akan dibawa ke Komisi IV yang membidangi pertanian termasuk perikanan. Ia berharap ke depan pelabuhan itu dijadikan sebagai dermaga tuna saja karena keterbatasan tempat dan pertimbangan harus dekat dengan bandara guna memudahkan ekspor. Sebab harga tuna segar jauh lebih mahal yakni 8 dolar, sementara tuna beku hanya 3 dolar. Untuk alternatif pemindahan kapal non tuna bisa ke Pengambengan yang memang sejak dulu disiapkan untuk pelabuhan kapal ikan. Pengembangan Benoa tambah Gus Adhi harus mengacu kualitas perikanan berbasis pariwisata. (bas)