Gung Widiada: Sebelum Diadakan Ujian Sekolah, Para Siswa Harus Fokus Belajar Untuk Bisa Menentukan Kelulusan

(Baliekbis.com), Menjelang ujian sekolah secara daring, pada tanggal 22 Maret 2021 untuk tingkat SMA/SMK se-Bali, diharapkan kepala sekolah menyarankan kepada para siswa agar lebih fokus belajar, mengingat waktu ujian sekolah sangat dekat untuk bisa menetukan kelulusan. Hal tersebut dikatakan oleh salah satu anggota komisi IV DPRD Kota Denpasar yang membidangi dunia pendidikan A.A. Ngurah Gede Widiada, Sabtu (6/3/2021).

Dirinya juga mengatakan sudah setahun lamanya para siswa harus belajar secara daring, meskipun ada beberapa sekolah sempat belajar lewat pembelajaran tatap muka, namun persentase belajarnya sangat kecil. Itupun dikhususkan hanya untuk SMK, sebab sekolah tersebut harus mengutamakan praktek.

Belajar daring dilakukan oleh pemerintah mengingat situasi masih dalam masa Pandemi Covid-19 dengan tujuan untuk menghindari munculnya klaster baru.

“Bahkan dari pihak sekolah sendiri tidak berani mengambil resiko untuk bisa sepenuhnya melakukan pembelajaran tatap muka,” terangnya.

Gung Widiada juga menyampaikan terkait pembelajaran daring memang dirasakan prosesnya sangat berat sekali terutamanya yang dirasakan oleh para guru pengajar. Karena banyak guru belum sepenuhnya memahami tentang teknologi (IT). Ini yang dirasakan masih jadi kendala.

“Selain itu, faktor kesulitan ekonomi juga menjadi kendala sehingga proses belajar mengajar model daring ini belum bisa menjamin akan berhasil untuk menghasilkan lulusan berkualitas. Yang terjadi malah sebaliknya, kualitas kemampuan siswa bisa menurun,” ucap politisi yang sudah 30 tahun terjun di panggung politik ini.

Saat pandemi ini bisa dikatakan pendidikan masa darurat sehingga pemerintah meniadakan proses belajar mengajar tatap muka. Menakala hasil akhir dari pendidikan di masa darurat ini tentunya kurang bijak sebab banyak kendala yang dihadapi baik tenaga pendidik/guru maupun siswa dan orangtua siswa.

“Beberapa kendala disebutkan belum tersedianya kurikulum berbasis daring yang dikeluarkan pemerintah. Akibatnya, para praktisi pendidikan menerapkan kurikulum yang sudah diberlakukan saat pendidikan masa normal,” imbuhnya.

Ditambahkan, kalau dikatakan tidak menemui kendala itu tidak mungkin. Pasti ada kendala. Sebab banyak faktor sebagai penyebab munculnya kendala seperti ada siswa yang kurang disiplin dalam belajar, ada juga bandel tidak mau belajar. Kemudian tidak punya kuota, karena krisis ekonomi. Lalu tidak ada sinyal ini juga kendala.

Belum lagi kendala penguasaan IT dikalangan staf pendidik khususnya guru-guru berusia di atas 50an tahun yang belum familiar dengan penggunaan IT menjadi kendala tersendiri.

“Sejumlah kendala tersebut berpengaruh pada menurunya kualitas pendidikan, sebab pembelajaran daring membuat kurangnya bisa berinteraksi banyak terutamanya antara siswa dengan guru jadi terbatas yaitu interaksinya hanya bisa dilakukan melalui grup WhatsApp saja,” pungkasnya. (sus)