Gung Astrid: Politisi Perempuan Butuh Kerja Ekstra Keras

(Baliekbis.com),Politisi perempuan membutuhkan kerja ekstra keras untuk meraih simpati masyarakat. Apalagi kultur masyarakat yang Patriarki, menempatkan laki-laki lebih tinggi.

“Seperti pengalaman saya di awal terjun sebagai politisi, sempat merasakan suka duka di tengah masyarakat, seperti ditolak, dicemooh, diragukan dan lainnya,” ujar Anggota DPR RI yang juga Caleg DPR RI dari PDIP pada Pemilu 2019 Dra. I Gusti Agung Putri Astrid,M.A., Selasa (8/1) di Denpasar.

Namun berkat komitmen yang kuat, Gung Astrid begitu kerap ia disapa berhasil merubah keadaan dan simpati pun berdatangan. Untuk itu, ia mengimbau politisi perempuan yang maju sebagai caleg jangan hanya sekadar menjadi pelengkap syarat kuota 30 persen yang diamanatkan UU tentang Pemilu.

Menurutnya dengan diberlakukannya UU Pemilu, memiliki arti yang signifikan terhadap budaya berpikir masyarakat di Indonesia, khususnya di Bali, bahwa perempuan tidak hanya berhak memilih, namum juga dipilih. “Saya sangat bersyukur bahwa UU Pemilu mensyaratkan 30 persen komposisi perempuan. Ini memberikan ruang strategis bagi kaum kami (perempuan) untuk mengubah nasib bangsa ke depan,” kata Gung Astrid.

Anggota Komisi VIII yang membidangi Agama, Sosial dan Pemberdayaan Perempuan ini menambahkan, masyarakat Bali dengan kultur Patriarki (menempatkan laki-laki lebih tinggi) sebenarnya saat ini sudah melunak. Terbukti masyarakat Kabupaten Karangasem dan Tabanan sudah bisa menerima pemimpin (bupati) perempuan.

Menjadi caleg, lanjut Gung Astrid, merupakan kesempatan belajar, karena tidak ada yang bisa menjadi wakil rakyat tanpa proses belajar. “Kalau ada pendapat perempuan hanya pelengkap, formalitas dan tidak mumpuni, itu hanya persepsi orang. Sekarang bagaimana cara perempuan itu menunjukkan antusiasme dirinya sendiri. Saya juga awalnya nggak mumpuni, tapi terus belajar,” jelasnya. (bas)