Gubernur Koster Gelar Seminar Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno dalam Bali Era Baru

(Baliekbis.com), Gubernur Bali, Wayan Koster secara resmi membuka Seminar “Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno Dalam Bali Era Baru” pada, Senin (Soma Pon, Dungulan) 6 Juni 2022 di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar dengan menghadirkan narasumber, I Gusti Ngurah Kusuma Kelakan dari Anggota Komisi VIII DPR RI, Anak Agung Gede Oka Wisnu Murti dari pakar politik dan dosen Universitas Warmadewa, Prof. I Wayan Ramantha sebagai pakar ekonomi dan guru besar di Universitas Udayana dan Prof. I Wayan “Kun” Adnyana sebagai pakar budaya dan Rektor Institute Seni Indonesia – Denpasar dengan moderator I Ketut Sumarta.

Gubernur Wayan Koster menjelaskan bahwa Seminar “Aktualisasi Kepemimpinan Bung Karno Dalam Bali Era Baru” sengaja dilaksanakannya dengan tujuan supaya pemahaman masyarakat tentang ajaran – ajaran Bung Karno berkaitan dengan kebangsaan itu terus disuarakan, disampaikan ke masyarakat. “Bahwa sebagai bangsa, Kita ini dibangun oleh proklamator Kita, pemimpin pergerakan Kita di Indonesia yang mengantarkan Indonesia menjadi negara yang merdeka,” ujar mantan Anggota DPR RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini.

Bung Karno, kata Gubernur Bali tidak saja menjadi pemimpin pergerakan dan menjadi proklamator dan menjadi Presiden RI Pertama di Indonesia, lebih dari pada itu beliau telah memberikan ajaran – ajaran yang sangat fundamental bagi masa depan bangsa Indonesia. Tidak saja membangun spirit masyarakat Indonesia ketika melawan penjajahan, tapi juga membangun spirit bagaimana agar bangsa ini setelah merdeka terus memiliki spirit yang kuat untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan – pembangunan sesuai konteks perkembangan jamannya.

Itulah sebabnya sebagai generasi penerus Kita harus memahami ini, agar Kita mengetahui dari mana Kita berasal, memahami sejarah panjang bagaimana pemimpin bangsa Kita terdahulu berjuang, hingga mengantarkan Kita saat ini ke pencapaian pembangunan yang Kita laksanakan. “Saya harapkan di seluruh Indonesia supaya Kita mengenal sejarah atau Jas Merah (Jangan Sekali – kali Melupakan Sejarah, red). Untuk itu Kita harus ingat, bahwa keberadaan Kita hari ini, itu ada yang menggerakan, mengkreasikan, dan menciptakan serta menuntun jalan untuk mencapai segala aspek pembangunan di seluruh Indonesia,” harap orang nomor satu di Pemprov Bali ini.

Lebih lanjut Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini menyebutkan Bung Karno tidak saja mewariskan nilai – nilai yang luar biasa, tapi juga beliau mewariskan pembangunan – pembangunan fisik yang sangat monumental. Jadi Bung Karno itu adalah sosok yang sangat komplit, memiliki pengetahuan dengan membaca referensi yang cukup banyak, sehingga beliau bisa merumuskan tentang bagaimana masa depan Indonesia, bagaimana ideologi Indonesia dengan Pancasila yang dibangun oleh beliau, dan kemudian juga memberikan arahan untuk membangun bangsa ini yang dituangkan dalam konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana.

Konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana ini bukunya sangat tebal dan ini yang Saya baca sebelum menjadi Gubernur Bali serta mempelajari tentang sejarah peradaban Bali, hingga membaca tentang budaya Bali dari mulai Bali ini ada sejak jaman kuno sampai berkembang saat ini. Jadi Saya merumuskan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali ini tidak asal, tapi betul – betul membaca referensi. “Satu tahun setelah Pemilu 2014 atau maju ketiga kalinya sebagai DPR RI, mulai ada wacana Gubernur Bali dan nama Saya disebut-sebut, maka mulai Tahun 2016 yang lalu, Saya berinisiatif saja (Saat itu tidak tahu, apakah Saya ditugaskan sebagai Calon Gubernur Bali oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, red) menulis tentang Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan ada saja orang yang tidak dikenal datang membawa referensi tentang Bali dan Saya baca selama setahun lamanya, serta Saya kasik tanda buku itu satu persatu untuk Saya rumuskan sesuai konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana untuk dijalankan di Pulau Bali,” jelas Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini yang disambut tepuk tangan.

Mantan Peneliti Balitbang Depdikbud dari Tahun 1988 sampai 1994 ini meyakini sekiranya Bangsa Indonesia menjalankan konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana yang digagas oleh Bung Karno dan dirumuskan oleh sekitar 600 pakar. “Saya kira Indonesia ini akan jauh lebih maju dari pada kondisi yang Kita lihat saat ini dan akan menjadi negara yang sangat kuat dengan memiliki nilai – nilai kehidupan bangsa-nya, juga bagaimana membangun perekonomiannya dan penuh dengan nilai budaya-nya,” ujar Wayan Koster.

Berakhirnya kepemimpinan Bung Karno sebagai Presiden RI Pertama, maka konsep Pola Pembangunan Semesta Berencana ini juga ikut hilang di masa pemerintahan selanjutnya. “Walau Indonesia terbebas dari penjajahan negara lain, tapi Indonesia terus mengalami penjajahan ekonomi sampai sekarang dan Kita ini masih dikuasai oleh mafia impor,” ungkap Gubernur Wayan Koster seraya menegaskan inilah yang akan Saya lawan di Bali dan Saya akan tampilkan Garam Bali, Arak Bali, Beras Bali, Endek Bali, Busana Adat Bali, Aksara Bali dan semuanya Bali sesuai pelaksanaan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi Dan/Atau Destilasi Khas Bali, Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali / Kain Tenun Tradisional Bali, dan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pemanfaatan Produk Garam Tradisional Lokal Bali.

“Ini saya lakukan dalam rangka memperkuat Bali secara fundamental, berkarakter, berjatidiri, mempunyai nilai – nilai kehidupan yang kokoh sekaligus juga Kita membangun perekonomiannya dengan infrastruktur. Kita tidak cukup hanya hidup dengan nilai – nilai filosofi sebagai sumber untuk menjalankan kehidupan agar berkebudayaan dengan sopan santun, beretika, memiliki tata krama, tapi kita ini harus survive dan sejahtera,” tegas Gubernur Bali jebolan ITB dengan nada semangat.

Jadi ekonomi ini harus dibangun, tapi jika ekonomi dibangun tanpa infrastruktur tidak akan pernah berjalan maksimal. Saya tahu Bali sangat mundur dalam hal infrastruktur, tidak pernah ada desain yang solid mengintegrasikan menjadi master plan tentang kebutuhan infrastruktur Bali. Maka dilihat Bali segitu – segitu saja terus. Sebagai daerah wisata dunia, Bali harus punya infrastruktur, tidak saja untuk pariwisata bahkan untuk menumbuhkan pusat – pusat perekonomian baru dan mengimbas kepada lingkungannya, sehingga dia berdampak secara lebih luas menjadi perekonomian masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaannya.

Itulah sebabnya, begitu dilantik menjadi Gubernur Bali, Saya langsung menjalankan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang berakar dari budaya Bali dan melaksanakan pembangunan secara seimbang antara Bali Selatan, Utara, Timur, Barat dan Bali Tengah. Karena selama ini arahan pembangunan di Bali itu tidak pernah ada, dan terlalu numplek di selatan dan akibatnya ketimpangan ekonomi pun terjadi, perpindahan penduduk dari Bali Utara, Bali Timur, Bali Barat semua jadi numplek ke Denpasar dan Badung.

Maka itulah saya (Wayan Koster, red) menjadi Gubernur Bali bersama Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati saat ini sedang gencar menata pembangunan Bali untuk menuju Bali Era Baru sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno, yaitu Berdaulat secara Politik, Berdikari secara Ekonomi, dan Berkepribadian dalam Kebudayaan melalui pembangunan infrastrukturnya yang dimulai dari : 1) Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih; 2) Kawasan Pusat Kebudayaan Bali; 3) Shortcut Singaraja – Mengwitani; 4) Tol Jagat Kerthi Bali; 5) Pelabuhan Segitiga Sanur di Kota Denpasar; 6) Pelabuhan Segitiga Sampalan di Nusa Penida, Klungkung; 7) Pelabuhan Segitiga Bias Munjul di Nusa Ceningan, Klungkung; 8) Bali Maritime Tourism Hub; 9) Bendungan Sidan; 10) Bendungan Tamblang; dan 11) Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali. (pem)