Gubernur Koster Ajak Semua Golongan Masyarakat Bersama Membangun Bali

(Baliekbis.com),Gubernur Bali Wayan Koster mengajak masyarakat dari semua agama, suku dan golongan yang tinggal di Pulau Dewata untuk ikut bersama-sama membangun Bali dengan mendukung segala program yang dilaksanakan pemerintah daerah.

Tak hanya itu, ia pula mengajak betapa pentingnya menjaga kondusivitas Bali sebagai daerah yang bertumpu pada sektor pariwisata. Demikian disampaikan Gubernur Koster saat membuka secara resmi sidang Sinode ke-47 Gereja Protestan Bali di Aula SMK Wira Harapan, Dalung, Kuta Utara, Badung, Selasa (4/8).

“Mari secara bersama-sama kita jaga Bali tanpa melihat suku, agama, ras dan golongan. Seluruh krama Bali siapa pun itu, asal sudah tinggal di Bali wajib membangun Bali. Jangan sampai ada orang yang datang ke Bali tujuannya hanya untuk merusak Bali, jikapun ada mari kita hadapi bersama sama. Kita harus bangun kesadaran Bali milik kita bersama. Jadi harus dijaga sebaik–baiknya dengan penuh tanggung jawab agar Bali tetap ajeg,” kata Gubernur asal Desa Sembiran, Buleleng ini.

“Merupakan tanggung jawab saya selaku Gubernur Bali untuk membina seluruh masyarakat tanpa memandang suku, agama ras dan golongan. Dan untuk umat Kristen Protestan, saya sangat meyakini selalu memberikan contoh kerukunan dalam pelaksanaan kehidupan sehari – hari. Di Bali kehidupan beragama sangat baik, interaksi sangat guyub, inilah hal – hal penting yang perlu dibangun guna kemajuan Bali,” imbuhnya.

Lebih jauh, Gubernur Koster juga menyinggung peranan masyarakat Bali yang berhasil menekan laju penyebaran wabah virus corona melalui keberadaan desa adat. yang sudah barang tentu juga sepatutnya diikuti oleh umat yang lain untuk ikut berperan dalam mencegah penyebaran pandemi Covid – 19.

Keberhasilan ini pun mendapat apresiasi dari pemerintah pusat yang langsung disampaikan Presiden RI Ir. Joko Widodo kepada Gubernur Koster saat diundang ke Istana Negara, dan saat ini sedang digalakkan menjadi percontohan bagi daerah lain di Indonesia yang masih memiliki kekuatan adat.

Tak hanya keberhasilan tindakan pencegahan yang melibatkan peran desa adat, Gubernur Koster juga menyampaikan keberhasilan penanganan bagi pasien yang terinfeksi Covid – 19. Melalui satu riset berbahan dasar arak lokal yang digagas olehnya, para pasien yang sudah dinyatakan positif terinfeksi virus corona mampu dipulihkan dalam waktu yang relatif sangat singkat dibandingkan metode standar yang menggunakan peningkatan antibodi pasien.

Melalui teknik ini, prosentase penyembuhan pasien terus meningkat. Saat ini hanya tersisa kurang lebih sekitar 500 pasien yang masih dirawat, baik dirawat di RS bagi yang sakit maupun cukup karantina bagi yang kondisinya sehat. Pasien cukup diterapi tuga kali sehari, dan saat dilakukan uji Swab pada hari ketiga sudah dinyatakan negatif.

“Namun sayangnya izin edar penemuan riset ini belum keluar, jadi kita baru bisa menerapkan terapi ini hanya kepada pasien yang dikarantina. Sedangkan pada pasien yang dirawat di RS belum bisa, karena RS memiliki standar pelayanan yang tidak memperbolehkan terapi yang belum memiliki izin edar. Namun saya sudah terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar uji klinis riset ini bisa dipercepat agar bisa bermanfaat bagi masyarakat luas,” tuturnya.

Gubernur yang sebelumnya menjabat anggota DPR RI tiga periode ini juga memanfaatkan momen tersebut untuk memaparkan secara detail visi misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang sedang dilaksanakan Pemprov Bali. Dengan tujuan Majelis Sinode bisa menjadi wadah untuk memberikan pemahaman kepada umatnya serta mengintegrasikan dengan program – program yang akan dilaksanakan ke depan sehingga bisa mendukung upaya pemerintah mewujudkan kemajuan masyarakat Bali.

Hal senada disampaikan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet ysng menyampaikan harapannya agar Sinode Gereja Protestan bisa berjalan aman, berhasil memilih Majelia Sinode, Dewan Pertimbangan dan Badan Pengawasan Perbendaharaan yang amanah serta bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umatnya dan masyarakat Bali secara umum.

“Saya selaku pembina kerukunan umat beragama sangat berharap agar nanti Bishop dan pengurus yang terpilih selalu membina dan menuntun umat Kristen untuk menjadi umat Kristen yang sebaik-baiknya sebagai umat, sebaik-baiknya selaku warga Bali yang siap membangun Bali dan mendukung pemerintah, menjadi warga yang baik yang taat pada Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan RI. Semoga Majelis Sinode bisa menjadi media untuk membina kerukunan keadilan dan persatuan baik inter dan antarumat beragama,” ujarnya.

Sementara itu Ketua Panitia Sinode ke-47 Luh Suartini dalam laporannya menyampaikan sinode dilaksanakan tiap 4 tahun sekali, kemudian dibagi lagi periode tiap 2 tahun sekali untuk evaluasi program yang sudah dilaksanakan 2 tahun kebelakang dan yang akan dilaksanakan 2 tahun ke depan. Ia pun menyampaikan jumlah peserta yang mengikuti acara sekitar 490 orang, dengan rencana anggaran sebesar Rp 511 juta.(pem)