Grand Final Putra Putri Tuli 2016 Libatkan Penerjemah Bahasa Isyarat

img_9476

(Baliekbis.com), Ajang pemilihan putra-putri pada umumnya telah biasa dilihat oleh masyarakat umum. Namun lain halnya jika para peserta dari pemilihan tersebut diikuti Difabel atau Penyandang Cacat Tuna Rungu yang tentunya menjadikan tantangan tersendiri bagi para penyelenggara. Seperti pelaksanaan Pemilihan Putra Putri Tuli (P3T) 2016 Kota Denpasar yang digagas Ny. I.A Selly Dharmawijaya Mantra selaku Ketua Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) kota Denpasar yang diikuti 14 pasang Putra Putri yang keseluruhannya merupakan Difabel Tuna Rungu.

Kegiatan yang menjadi agenda rutin K3S Denpasar bekerjasama dengan Dewan Pengurus Cabang Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (DPC Gerkatin) cabang Kota Denpasar pada (29/10) malam memasuki malam grand final P3T 2016 Kota Denpasar. Sebelum pelaksanaan malam Grand Final pada, Jumat (28/10) dilaksanakan tes bakat para peserta dengan melibatkan penerjemah bahasa isyarat dan guru dari SLBBN Sidakarya. Dari bakat menari, melukis hingga modeling ditunjukan para peserta. Tampak juga dari para peserta yang merasa tak percaya diri akan tampil diatas panggung yang akan juga menjawab lima buah pertanyaan yang telah disiapkan para panitia dengan teknis menjawab menggunakan layar dan laptop.

Menurut penerjemah Sri Aemi yang juga guru SLBBN Sidakarya, mengatakan para Difabel Tuna Rungu memiliki keterbatas dalam mengingat, sehingga dalam memberikan pertanyaan nantinya panitia telah menyiapkan hanya lima pertanyaan yang sederhana yang dapat mereka tangkap dan mereka jawab. “Jadi pertanyaannya seputaran pengetahuan umum saja seperti tempat pariwisata,” ujar Aemi. Namun terkait dengan bakat dan kemampuan mereka tidak diragukan lagi meski memiliki keterbatasan mereka mampu menarikan tarian Bali layaknya orang normal.

Sementara Ketua Gerkatin Kota Denpasar Yuda Musantara mengatakan pelaksanaan pendaftaran peserta telah dilakukan pada dua bulan sebelum malam grand final dilaksanakan dengan peserta diikuti dari komunitas dan sekolah-sekolah SLB diseluruh Bali. “Kalau hanya peserta dari Denpasar saja sedikit yang akan mengikuti sehingga kami melakukan sosialisasi yang juga melibatkan Bali Deaf Community,” ujar Yuda. Terkait dengan kriteria lomba peserta adalah warga Negara Indonesia, yang berusia 14-25 Tahun dan belum menikah. Dapat berbahasa isyarat nasional didepan umum, serta memiliki pengetahuan umum tentang Bali, dan tentang Disabilitas serta Tuna Rungu. “Pelaksanaan Final berbarengan dengan D’tik Festival Kota Denpasar yang tentunya menjadi sebuah event yang dapat diketahui masyarakat banyak tentang keberadaan dan bakat terpendam yang dimiliki penyandang Tuli.” ujar Yuda.

Ketua K3S Kota Denpasar Ny. I.A Selly Dharmawijaya Mantra mengatakan tujuan dari kegiatan ini ingin memberikan ruang kepada para Difabel di Kota Denpasar untuk menunjukan bakat dan talenta mereka, yang nantinya dapat diketahui masyarakat banyak akan potensi yang mereka miliki. “Jangan pandang mereka sebelah mata, berikan mereka ruang ekspresi mereka mampu dan memiliki bakat layaknya orang normal,” ujar Ny. Selly. (pur/ist)