GMNI FM Denpasar Minta Berantas Mafia dan Kartel Pangan, Membela Wong Cilik Jangan Sebatas Jargon

(Baliekbis.com), Negara Indonesia adalah negara agraris terutama di Bali. Namun, semakin hari pertanian ditinggalkan dan diabaikan karena dianggap ada sektor yang lebih menguntungkan. Padahal untuk Bertani tidak perlu biaya mahal.

Hal itu diungkapkan oleh Harto, Expert Pertanian Organik dalam Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) ke- III lintas komisariat yang diselenggarakan oleh DPC GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar menghadirkan pemateri dari Komunitas 05.30 yang terdiri dari Kisman Hali Dari (Kementrian Desa), Harto/Mas Nyo (Expert Pertanian Organik), Urip Sanjaya (Anggota Komunitas 05.30), Anak Agung Fajar (Expert Pertanian Organik) pada 1 -3 Februari.

Para ahli di bidang pertanian ini memberikan materi kepada calon kader GMNI Front Marhaenis Denpasar mengenai pertanian organik yang seharusnya bisa menyejahterakan para petani.
Harto/ Mas Nyo menyebutkan bahwa alam memiliki pupuk dan obatnya sendiri, dari alam untuk alam, yang mana artinya alam harus dihidupkan dan dirawat secara organik. Secara garis besar petani tidak perlu takut untuk merawat lahan taninya.

“Tidak semua harus dirawat dengan yang merogoh kocek yang tinggi contoh nya pupuk kimia , dan membuat menjual lahan tani nya untuk kepentingan uang sementara, sedangkan bahan baku makanan harus terus berputar” ujarnya.
Ia juga berharap kepada para kader GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar mau ikut dalam perjuangan memperbaiki nasib petani melalui praktik pertanian organik.

Hal senada juga disampaikan oleh Kisman Hali anak muda seperti kawan kawan GMNI bisa agar memperjuangankan petani dengan cara menyuarakan membeli hasil pertanian petani daerah sendiri. “Kawan kawan cukup menyuarakan stop subsidi lalu beli hasil produksi masyarakat tani atau kawan-kawan memperjuangkan pemerintah daerah untuk stok pangan di daerah petani” ujarnya.

Sedangkan, Anggota Komunitas 05.30, Urip sanjaya menilai saat ini Bali hanya memprioritaskan pariwisata bukan malah alamnya yang diperbaiki. Ia berharap pulau dewata ini lebih mengembangkan agrowisata dengan menekankan hasil alam dan melindungi lahan taninya. “Bukan malah dijadikan beton untuk hotel dan lain lain. Alam adalah anugerah kita sebagai orang Bali maupun Indonesia itu sendiri wisatawan dan pariwisata bonusnya coba deh kita berpikir seperti itu mungkin banyak lahan tani tidak terjual untuk hotel dan villa. Coba stop memalak petani dengan subsidi mungkin lahan taninya tidak di jual oleh mereka,” ujarnya.

Ketua DPC GMNI Front Marhaenis Denpasar Bung Putu Jody Feriawan menyatakan pertanian bisa dibangkitkan lagi dan menjadi sektor ekonomi utama. Namun, dengan catatan adanya perbaikan dengan memberantas mafia maupun kartel pangan yang mengancam stabilitas harga yang justru merusak pertanian itu sendiri. Selain itu konsep dalam memajukan pertanian harus jelas. Jangan sampai masalah pertanian hanya “wangi” saat pemilihan umum saja.

“Tujuan PPAB ke III lintas komisariat DPC GMNI FM Denpasar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kader GMNI. Dengan mengundang komunitas 05.30 agar para pemuda dan pemudi yang tertarik expert Pertanian bisa tahu tentang teori pertanian organik yang bisa di praktikkan langsung nantinya. Berharap kawan-kawan seperjuangan agar sadar banyaknya mafia pupuk dan ketiadaan konsep jelas mengenai memajukan kesejahteraan petani sampai saat ini,” ucapnya.
Di lain sisi, menurut Jody praktik populis adat hanya melulu menjadikan adat sebagai tameng kekuasaan saja. Lantas para petani menjadi korban oleh beratnya bahan rawat lahan pertaniannya disebabkan oleh mafia pupuk kimia, yang harus merogoh kocek besar para petani.

Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB III) di laksanakan mulai tanggal 1 Februari 2021 melalui daring yang moderatori oleh Dewa Gede Wahyu Pradnyana dan di isi oleh Bung Sindhu Andredita dan Bung Akara (Ketua DPC GMNI Makasar). Kemudian pada 2- 3 Februari yang berakhir dengan peyematan pin Sukarno Kepada Kader yang dinyatakan lulus PPAB III.

Dalam penutupan sesi terakhir bung Jody Feriawan menuturkan dalam ideologi Marhaenis sudah jelas menyatakan kita harus memperjuangkan kaum petani. Bukan malah mempersulit para petani. Jangan hanya sekadar jargon pro wong cilik seperti jargon partai penguasan saat ini yaitu PDI Perjuangan. Buktinya lahan pertanian setiap tahun di Bali terkikis atau berkurang diakibatkan alih fungsi lahan. Berdasarkan data yang didapat per tahun bisa berkurang sekitar 700 hektar dari luas lahan pertanian di Bali 79 ribu hektar.

“Malu kita sebagai negara agraris malah memperkosa ibu pertiwi sendiri. Maka saya berharap kawan-kawan seperjuangan dan bapak-bapak yang terhormat selaku pemateri mau bersama saling rangkul bisa memberikan waktunya untuk membatu petani tidak lagi di jebak oleh mafia -mafia pupuk kimia dan lain-lain dalam konteks bahan rawat tani yang kimia,” ujarnya. (ist)