GM PLN: Nasib Listrik “Jawa Bali Crossing” Tunggu PHDI

(Baliekbis.com), Jadi tidaknya pengadaan tambahan listrik dari Jawa ke Bali (JBC-Jawa Bali Crossing) sangat tergantung sejumlah pihak yang selama ini belum menerima JBC. “Saat ini kita masih menunggu kepastian PHDI apa bisa menerima atau tidak. Yang penting ada kepastian,” tegas GM PLN Distribusi Bali Nyoman Suwarjoni Astawa kepada wartawan saat ditanya soal molornya JBC di sela- sela diskusi publik dalam rangka memperingati Hari Konsumen Nasional 2018 “Menatap Masa Depan Bali Dengan Sistem Kelistrikan Yang Handal,” yang digelar YLKI Bali di Kantor DPD RI Perwakilan Bali, Renon, Jumat (20/4).

Nyoman Suwarjoni Astawa.

Menurut Astawa molornya proyek JBC yang dirancang tahun 2002 lalu karena masih adanya penolakan sejumlah pihak. Akibatnya proyek pengadaan listrik sebesar 500 MW itu tak bisa jalan. Padahal pasokan daya itu penting dalam rangka nengantisipasi kebutuhan listrik di Bali tahun 2021. “Kalau tak diantisipasi dari sekarang dikhawatirkan tahun 2021 itu akan terjadi krodit sebab kebutuhan listrik sangat tinggi sementara pasokan tak cukup,” jelas Astawa. Saat ini saja tambahnya, konsumsi listrik terus meningkat.

Prof. Ida Ayu Giri Antari.

Bahkan terjadi rebound dimana beban puncak yang biasanya 860 kini melonjak 862 MW. Menurut Astawa untuk pembangunan gardu induk memerlukan waktu yang cukup lama jadi perlu persiapan. Sementara Ketua Pengurus Harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) Pusat Tulus Abadi mengatakan kebutuhan listrik di Bali sangat tinggi dan perlu solusi. Untuk itu pembangunan Jawa Bali Crossing (JBC) dinilai sebagai solusi yang dapat mengakomodir semua kepentingan.

 

“Saya yakin JBC ini menjadi win-win solution terbaik dari sisi kelistrikan dan lingkungan di Bali,” kata Tulus. Ditambahkan permintaan listrik di Bali mencapai 8,5 persen per tahun dan melebihi rata-rata nasional. Terlebih Bali merupakan kawasan pariwisata yang kebutuhan listriknya sangat tinggi. “Maka JBC jadi win-win solution untuk permintaan listrik yang melebihi rata-rata nasional,” tambah Tulus. Akademisi Unud Prof. Ida Ayu Giri Antari menambahkan pengadaan listrik dari PLTU jelas tidak efisien karena biaya tinggi. Sehingga berdampak nantinya pada harga jual. Selain itu dengan JBC akan menjaga Bali tetap clean and green. (bas)