Generasi Muda Harus Miliki Semangat Puputan Margarana

(Baliekbis.com), Derap kaki melangkah penuh amarah segera merangsak menyerang, menyerbu markas pasukan NICA. Malam itu 20 November 1946, Kepala Divisi Sunda Kecil, Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA yang ada di Kota Tabanan. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi NICA ikut bergabung dalam pasukan I Gusti Ngurah Rai. Pagi-pagi buta tentara Belanda mulai mengadakan pengurungan terhadap Desa Marga dan mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan NICA dengan pasukan I Gusti Ngurah Rai. Pada pertempuran yang seru itu pasukan Belanda banyak yang mati tertembak. Bantuan tentara Belanda yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom didatangkan dari Makasar. Dalam pertempuran yang sengit itu semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan. Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan “Puputan” atau perang habis-habisan di Desa Margarana sehingga pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk I Gusti Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas. Itulah sepenggal sejarah perang Puputan Margarana, 71 tahun yang silam. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dilaksanakan Upacara Peringatan ke-71 Puputan Margarana bertempat di Monumen Nasional Taman Pujaan Bangsa Margarana, Tabanan, Senin (20/11).

Gubernur Bali dalam sambutannya yang dibacakan Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta menekankan, bahwa perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan Negara Kesatuan RI membutuhkan persatuan dan kesatuan yang kuat. Komitmen para pejuang pendiri bangsa dan para pahlawan untuk menyatukan bangsa ini melahirkan sikap kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial. Untuk itu Peringatan Hari Puputan Margarana bukan sekedar ungkapan rasa syukur, tetapi sekaligus sebagai refleksi terhadap keyakinan jati diri bangsa yang bermatabat diinspirasi oleh para pejuang kita. Peringatan dengan tema “Menggelorakan Jiwa dan Semangat Puputan Margarana sebagai Modal Pembangunan” diharapkan semangat perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa itu dapat menjadi inspirasi generasi penerus bangsa saat ini untuk berjuang bahu-membahu untuk mengisi kemerdekaan dengan melakukan pembangunan di segala bidang untuk mencapai tujuan nasional. “Untuk itu para generasi muda bangsa memiliki kewajiban untuk bersama-sama meneruskan perjuangan para pejuang agar bangsa Indonesia bisa mewujudkan bangsa yang sejahtera dan makmur. Mari bersama-sama melaksanakan semua program-program pembangunan pusat dengan Nawa Cita-nya, Bali dengan program Bali Mandara-nya dan kabupaten dengan berbagai programnya diharapkan menyatu bersinergi untuk mewujudkan masyarakat sejahtera,” kata Sudikerta sesaat usai melakukan tabur bunga serangkain peringatan hari Puputan Margarana Ke-71. (ist)