Gek In: Memaknai Kemerdekaan, Kebebasan Itu Jangan Sampai Kebablasan

(Baliekbis.com), Indonesia sudah 73 tahun merdeka. Namun masih ada pihak-pihak yang masih belum menikmatinya, dan ada pula yang merasa diintimidasi. “Menurut saya kemerdekaan itu tidak hanya untuk diteriakkan tetapi juga harus bisa dirasakan baik secara ekonomi maupun kebebasan untuk memilih jalan hidup, itu baru namanya merdeka,” ujar IGAA Inda Trimafo Yudha yang akrab disapa Gek In, Sabtu (18/8) saat ditanya makna Kemerdekaan setelah 73 tahun Indonesia merdeka.

Menurutnya, kalau hanya diteriakkan saja rasanya belum merdeka. “Jadi saya mengartikan bahwa semoga semua spirit perjuangan dari pahlawan proklamasi maupun pahlawan kemerdekaan harus bisa hidup di dalam generasi muda kita,” ungkap cucu pahlawan nasional asal Bali I Gusti Ngurah Rai ini. Ditanya apa Bali telah merasakan secara riil kemerdekaan itu, menurut Gek In kalau secara diplomasi memang sudah merdeka, dalam artian masih menjadi satu kesatuan NKRI. Tapi harus diakui, mungkin beberapa individu ada yang masih belum merasakan atau dikaruniai kebebasan untuk memilih baik gaya hidup mereka atau memilih karir atau kesejahteraan yang mereka inginkan. “Tapi secara hukum jelas kita sudah merdeka, kita bisa merasakan keamanan dengan fasilitas-fasilitas yang ada di Bali. Sekarang tergantung bagaimana kita melihat kemerdekaan, demokrasi kita,” tegasnya.

Soal masih terjadinya penekanan seperti bentuk intimidasi yang dianggap tidak memerdekakan, menurut pengusaha dan pelaku bisnis pariwisata yang kini nyaleg dari tanah kelahirannya Carangsari, Petang Badung ini menekankan jangan sampai kemerdekaan itu diartikan sebagai kebebasan absolut, tanpa batas. “Kita juga tak mau kemerdekaan yang kebablasan atau yang tidak mempunyai kepemimpinan. Jadi tergantung juga dari perspektif orang melihat, apakah menghargai suatu peraturan itu dianggap tidak merdeka, itu salah atau sampai mana batas kemerdekaan yang mereka minta,” ungkapnya. Tetapi kalau misalnya ada intimidasi dalam demokrasi, itu tergantung pribadinya, apakah mau mengintimidasi karena kekuasaan. Ini juga harus disadari bahwa kekuasaan yang mereka miliki itu tidak mutlak dan tidak selamanya. “Apabila suatu ketika mereka bermain dengan kekuasaan, maka kekuasaan itu juga yang akan mempermainkan mereka,” ujarnya mengingatkan. (bas)

.