Gambuh,Warisan Pedungan yang Mengharap Pelestarian

(Baliekbis.com),
“Saya perlu memberikan pemahaman bahwa gambuh adalah kesenian yang dimiliki Pedungan yang harus dilestarikan,” tutur Kadek Agus Dwi Sudiarta, pembina kesenian gambuh dari Sanggar Seni Kertha Jaya, Sabtu (4/8) malam.

Ia senantiasa mengingatkan bahwa gambuh adalah warisan yang selalu merindukan regenerasi. Senantiasa memberikan wejangan ibarat keharusan bagi Kadek Agus Dwi Sudiarta (32). Tak hanya wejangan tentang pelestarian kesenian gambuh, Dwi pun turut mencari kader penerus kesenian klasik ini. “Untuk Mahalango sendiri kita sudah satu bulan berproses, namun untuk keseluruhannya sekaa gambuh ini sudah dilatih sejak tahun 2008,” ungkap Dwi. Membentuk sekaa gambuh anak-anak yang kini telah beranjak dewasa membuat Dwi setengah haru dan agak waswas. “Di satu sisi saya bahagia bisa melihat anak-anak sampai detik ini masih menari gambuh. Di sisi lain mereka yang telah beranjak dewasa, saya harus mencari lagi penerus di tengah era globalisasi seperti ini,” ujar Dwi dengan merenung.

Mendapat kesempatan tampil dalam rangkaian acara Bali Mandara Mahalango 5, membuat Dwi pun turut mendapat kesempatan untuk mencari penari muda sebagai bentuk regenerasi. Ada yang baru kelas 2 SD di sekaa tabuhnya dan untuk digambuhnya paling muda usia 10 tahun, ujar Dwi. Garapan bertajuk Puun Pondok Prabangsa ini mengisahkan kelicikan Raja Lasem yang secara tiba-tiba menyerang pondok-pondok yang dibuat Prabangsa untuk berperang. Prabangsa pun mengadukan kejadian ini ke Panji dan terjadilah peperangan antara Panji dengan Raja Lasem. Kelicikan melawan kebenaran pastilah dimenangkan kebenaran, jadi Panji ini selalu menjadi pihak yang menegakkan kebenaran, terang Dwi.
Seusai menikmati kesenian klasik berupa gambuh Pedungan, penikmat seni yang hadir dalam Bali Mandara Mahalango 5 pun kembali disuguhkan dengan garapan teatrikal yang dipersembahkan oleh Kolaborasi Tim Penggerak PKK Provinsi Bali dengan Sanggar Cahya Art Denpasar.

Garapan bertajuk Antara Tugas dan Cinta ini dimainkan oleh lakon yang berasal dari pejabat maupun pegawai dinas provinsi Bali, baik itu Dinas Sosial, Kehutanan, dan kantor dinas lainnya pun turut menjadi lakon dalam garapan ini. “Saya kira satu selingan untuk refreshing untuk semuanya khususnya para pegawai agar dapat melepas penat ya menertawakan diri sendiri lah,” ujar Made Mangku Pastika sembari tertawa kecil. Suasana lucu pun kian bertambah karena kehadiran dua pelawak asli yang membuat garapan kian hidup dan lucu. Meski tak bisa menari dengan fasih, namun para pejabat maupun pegawai sangatlah menikmati peran yang mereka bawakan, sehingga Made Mangku Pastika yang telah dua periode menjadi Gubernur Bali ini pun mengharapkan sebuah keberlanjutan terhadap acara seperti ini. Supaya terus berjalan sebab ini hiburan yang mengkis jarak antara atasan atau bawahan, sehingga semua sama, harap Pastika. Selain garapan teatrikal, terdapat pula penampilan dari Ayu Pastika yang merupakan istri dari Made Mangku Pastika yang menyanyikan lagu Bali untuk mengiringi peragaan busana yang juga diperagakan oleh pejabat kedinasan. (gfb)