Founder ALC Prihatin, “Monster Tanah” Berkeliaran Buru Tanah Warga Terdampak Pandemi

(Baliekbis.com), Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan menyebabkan ekonomi masyarakat khususnya kalangan menengah ke bawah makin susah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kewajibannya.

“Tak mengherankan kini banyak warga di desa-desa yang mulai menjual tanahnya untuk bisa bertahan hidup. Padahal tanah itu sebelumnya sebagai salah satu sumber mata pencahariannya, sebagai ladang pertanian,” ujar Founder ALC (Agro Learning Center) Ir. Nyoman Baskara,M.M., Sabtu (15/5) di Denpasar.

Sebagai praktisi pertanian, Baskara mengaku khawatir dengan kondisi yang terjadi. Sebab dengan beralihnya lahan tersebut, tidak menjamin bisa menyelamatkan warga dari tekanan ekonomi dalam jangka panjang. Justru akan semakin menyebabkan keterpurukan bila tak ada solusi seperti lapangan kerja yang menghasilkan.

“Saya sejak setahun lalu melihat sinyal ini, pandemi di satu sisi membuat penderitaan warga (Bali) karena selama ini banyak tergantung pada industri pariwisata yang kini anjlok sehingga ekonomi drop,” jelasnya.

Namun Baskara yang juga Koordinator Petisi45 dan KCPI (Kita Cinta Pertanian Indonesia) ini justru melihat ada semacam kelompok tertentu yang memanfaatkan kondisi ini dengan “memburu” tanah-tanah warga yang mulai kepepet ekonominya. Kalau ini dibiarkan, lambat laun rakyat kecil akan bangkrut dan lahan-lahan akan dikuasai para “pendatang” baru ini.

Tidak hanya lahan (pertanian), Baskara juga melihat para “monster tanah” ini juga menyasar “lahan” pelaku usaha mikro dan kecil sehingga banyak pelaku usaha mikro gulung tikar karena digilas pemain besar dengan modal yang sangat besar. Ia berharap stakeholder dalam hal ini tidak membiarkan kondisi ini terus berkembang. Selain membatasi usaha besar yang cenderung mematikan usaha kecil juga memberi solusi agar ekonomi mikro bisa bergerak. “Penting membuka lapangan kerja agar warga bisa mendapatkan penghasilan serta memberdayakan SDA baik pertanian, perikanan dan peternakan,” tambahnya.

Baskara berharap ke depan izin baru atas nama toko modern berjaringan makin diperketat, bahkan bila perlu distop. Warga juga diimbau lebih maksimal memanfaatkan produk lokal sehingga tidak terjadi “capital flight”. (bas)