FGD Evaluasi Komunikasi BI,  Penyebaran Kebijakan Melalui Pementasan Seni Budaya Dinilai Efektif

(Baliekbis.com),Pertumbuhan ekonomi tidak hanya bergantung pada kebijakan tapi juga komunikasinya. Komunikasi ini harus bisa diterima dan bermanfaat serta nantinya bisa disebarluaskan ke pihak yang lain. Demikian dikatakan Deputi Direktur Bank Indonesia KPw Bali Sapto Widyatmiko di sela-sela FGD (Focus Discussion Group) terkait Evaluasi Komunikasi BI, Kamis (24/10/2019) di Hotel Maya Sanur yang diikuti kalangan perbankan, pelaku usaha properti, pariwisata, UKM dan media.

Menurut Sapto, komunikasi merupakan hal penting. “Kita tidak hanya menghasilkan kebijakan semata tetapi bagaimana masyarakat mengetahui, mengikuti dan mengadvokasi masyarakat lainnya untuk bisa bersama-sama menjalankan kebijakan itu. Kalau kebijakan dikeluarkan tapi tidak ada respon dari masyarakat, maka tidak berjalan efektif,” jelasnya.

Dari evaluasi komunikasi ini diharapkn bisa mendapat masukan terkait berbagai kebijakan BI yang belum dipahami masyarakat karena faktor komunikasi.
“Evaluasi ini rutin tiap tahun dan serentak di seluruh Indonesia guna mendapatkan masukan yang konstruktif. Intinya kita ingin membangun kesadaran, menjaganya dan mengajak yang lain melakukan hal yang sama. Membangun kesadaran ini memang tak mudah apalagi bisa jadi tingkah laku sehari-hari dan mengajak yang lain ikut serta,” ujar Sapto.

Sapto Widyamiko

Sementara Asisten Direktur Departemen Komunikasi BI Andika Surya Akbar mengatakan pihaknya ingin mengetahui apa pola komunikasi yang dijalankan selama ini sudah berjalan baik, apa efektif sehingga bisa memberi manfaat.

“Melalui saran yang masuk, nantinya
akan menjadi pertimbangan dan disesuaikan agar kebijakan bisa diterima masyarakat dengan baik dan berguna,” jelasnya. Intinya, dengan menggunakan media komunikasi masyarakat bisa merespon dengan baik bauran kebijakaan BI.

Andika mengakui banyak saluran yang telah digunakan namun perlu dievaluasi apa sudah tepat atau terlalu banyak. “Wilayah yang luas juga menjadi salah satu kendala,” tambahnya.

Dalam FGD, berbagai masukan disampaikan peserta di antaranya penggunaan bahasa dan istilah yang perlu lebih sederhana agar mudah dipahami mengingat tingkat pengetahuan masyarakat tidak sama hingga hal-hal yang terkait dengan pariwista seperti nilai tukar rupiah.

Diharapkan pula dalam penyampaian informasi bisa menggunakan perangkat yang sudah ada di lingkungan masyarakat seperti seni dan budaya di masing-masing daerah karena dinilai cukup efektif dan sasarannya diperluas baik di kalangan pelajar maupun masyarakat pelosok yang selama ini kurang tesentuh. (bas)

.