Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Dorong Mahasiswa Terjun ke Agribisnis

(Baliekbis.com), Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar menggugah para mahasiswanya agar berani terjun di sektor agribisnis. Sebab potensi agribisnis baik untuk startup (usaha rintisan) atau menjadi wirausaha (entrepreneur) muda sangat besar.

“Jadi kita jangan hanya berkutat di produksi saja tapi juga bisnisnya, kualitasnya, pemasaran dan aspek lainnya yang sangat bagus peluangnya,” ujar Rektor Universitas Dwijendra Denpasar Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.MA., dalam seminar “Membangun Agribisnis dalam Peningkatan Pendapatan Pertanian”, Kamis (11/7/2019) malam.

Seminar yang berlangsung di Aula Udayana Santhi Yayasan Dwijendra Denpasar menghadirkan narasumber guru besar Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof. Ir. I G.A.A. Ambarawati,M.Ec.,PhD., dengan moderator Ni Made Intan Maulina, S.P., M.P. Hadir pula Dekan Fakultas Pertanian Ir. Ni Ketut Kariati, bersama para dosen dan ratusan mahasiswa peserta seminar.

Dr. Sedana dan Prof. Ambarawati

Dikatakan Dr. Sedana, agribisnis merupakan suatu konsep yang utuh dan menyeluruh mulai dari persiapan produksi, proses produksi, pengolahan produk, pemasaran produk dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Karenanya agribisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir.

Aktivitas agribisnis berada dalam beberapa sub sistem seperti pengadaan dan distribusi sarana produksi, alat dan mesin pertanian, pengolahan dan penyimpanan produk serta pemasaran.

Juga sub sistem penunjang yang mencakup berbagai sektor yang mendukung kegiatan bisnis pertanian, seperti, lembaga keuangan (bank), prasarana dan sarana serta jasa transportasi, penyuluhan dan pelatihan pertanian, layanan informasi (teknologi, keuangan/kredit, pasar), kegiatan penelitian, serta kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan aktivitas bisnis pertanian.

“Jadi inklusi agribisnis harus dibangun dari hulu ke hilir secara terintegrasi dan berkelanjutan. Tidak bisa sepotong-sepotong,” kata Rektor Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.MA.

Yang paling penting tambahnya adalah membangun model bisnis agar bisa mempertemukan para aktor di pasar. Ada petani, kelompok tani, pengusaha, ritel, pemerintah, NGO, lembaga keuangan dan lainnya. “Jadi harus ada kesepakatan antar pihak, siapa melakukan apa. Peran masing-masing aktor di pasar harus jelas,” kata Dr. Sedana yang punya segudang pengalaman kerja sama program lembaga luar negeri ini seperti Bali Beach Conservation Project, Jepang (2001-2003) dan di AIP-Prisma, DFAT, Australia (2014-2017).

“Misalnya kelompok tani sediakan kopi berkualitas dalam hal volume. Perusahaan juga punya kewajiban membina pertani. Jadi ada kebersamaan di antara para aktor yang terlibat,” imbuhnya. Hal senada disampaikan Prof. Ir. I G. A.A. Ambarawati,M.Ec.,PhD., yang mengajak mahasiswa memahami sistem agribisnis sebagai pendekatan dalam pembangunan pertanian.

“Jadi tidak hanya tahu produksi tapi harus memahami pasar. Ada juga subsistem lainnya,” imbuhnya. Dalam sistem agribisnis juga penting ada peran dan dukungan dari pihak terkait. Misalnya pemerintah atau regulator wajib mengeluarkan kebijakan yang mendukung perkembangan ekosistem agribisnis ini.

Aktor lainnya seperti pihak lembaga keuangan seperti perbankan yang bisa memberikan akses permodalan. Begitu juga akademisi, lembaga riset, hingga perusahaan teknologi yang mendukung pertanian atau agribisnis. “Harus ada teknologi baru yang bisa diadaptasi untuk menciptakan inklusi agribisnis,” kata Prof. Ambarawati.(bas)