ENAM ‘E’ = ENAM ‘E’ MENGHADAPI COVID-19

TIDAK pernah ada kejadian atau peristiwa selama kehidupan saya selama ini. Kita semua sempat dibikin “mencekam” dengan kehadiran PANDEMI COVID-19 ini. Begitu cepat merambah hampir semua negara di planet bumi ini. Tidak peduli negara maju dan berkembang. Tidak peduli negara dengan sistem keamanan kesehatan nya bagus, hebat dan terstruktur luar biasa. Habis tak berdaya “diterjang” oleh COVID-19 ini.

Hampir semua petinggi negara dibikin tidak bisa tidur dan tak berdaya menghadapi “binatang” kecil tapi daya rusak dan jelajahnya luar biasa. Banyak perdebatan, opini dan berita beredar di berbagai media. Tidak ketinggalan di Medsos, bahkan, begitu juga di media mainstream. Semua menjadikan Covid-19 sebagai berita utama. Banyak metode, jurus dan upaya dilakukan untuk membendung semakin mewabahnya virus ini. Termasuk berbagai pengobatan alternatif.

Semua itu telah dikerjakan oleh banyak negara dan para pakar di bidang kesehatan. Saya juga mencoba mengungkapkan rumus untuk menghadapi Covid-19. Tentu hanya sebuah alternatif dan kalau setuju silahkan dan kalau tidak tentu tidak masalah dan hapus saja. Ini rumus yang saya gunakan sebagai alternatif:

1. Enjoyment. Senang dan berpikir positif menghadapi PANDEMI COVID-19 adalah bagian dari memperkuat langkah dan tindakan yang akan dilakukan untuk menghadapi Covid-19. Tidak terburu-buru, sebelum bertindak, mempersiapkan diri berbasis senang akan melahirkan CINTA. Cinta pada diri sendiri dan mencintai orang lain adalah energi luar biasa melawan Covid-19 ini. Tindakan berbasis CINTA juga luar biasa dahsyatnya.

Segala sesuatu diawali dengan CERDAS, cerdas intelektual, emosional dan spiritual. Berikutnya adalah INTEGRITAS sebagai upaya secara penuh komitmen untuk melawan Covid-19 dengan mengikuti semua anjuran dan protokol kesehatan. Selanjutnya adalah NORMA, selalu ikut, taat dan patuh dengan regulasi formal, norma adat, norma agama dan norma sosial serta norma lain yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.

Kita wajib berperilaku TRANSFORMATIF menghadapi bencana ini. Harus berani berubah, lentur, fleksibel, kenyal, adaptif dan siap memulai dengan mengubah kebiasaan kurang pas ke arah lebih baik, terutama PHBS: perilaku hidup bersih dan sehat. Dan terakhir adalah Arif atau bijaksana. Butuh kearifan untuk menghadapi wabah ini, “tepo saliro” saling asah, asih dan asuh atau “salunglung sebayan taka” adalah anugerah untuk membangun kebersamaan dan berujung pada kearifan. Mari hadapi bencana ini kekuatan kita masing-masing yakni KEARIFAN LOKAL.

2. Enthusiastic. Semangat tidak boleh pudar, wajib terus bergelora, api tidak boleh padam selama “pertempuran” masih berlangsung. Pantang surut apalagi balik haluan dan kita tak boleh menyerah, sebab akan kalah. Covid-19 harus dihadapi dengan semangat pantang menyerah dan penuh spirit agar punya “RUH” dan jika itu dilakukan kita akan menjadi pemenang….

3. Emotion. Memanajemeni emosi agar tersalur ke arah tepat sasaran dan optimal patut kita lakukan di saat pandemi ini. Tenang dan penuh kalkulasi adalah taktik dan strategi menghadapi “musuh” yang tidak kelihatan. Tidak bisa dengan emosi “uncontrollable” sebab bisa-bisa kita kehabisan energi atau “peluru” tapi musuh tidak terbunuh. Emosi wajib dikendalikan agar kita tidak “termakan” oleh emosi itu sendiri. Kemampuan mengelola emosi adalah salah satu solusi dari sekian banyak solusi menghadapi wabah virus ini. Jangan “liunan tindak, kuwangan daya” artinya jangan terburu nafsu bertindak tapi tidak disiapkan strategi dan taktik berikutnya.

4. Efektif. Jangan buang-buang waktu dan kesempatan, termasuk energi potensial yang kita masing-masing miliki. Di masa pandemi ini butuh bantu membantu dan tolong-menolong serta “take and give” dan semua pertolongan diupayakan tepat guna atau tepat sasaran. Jika upaya kita tidak tepat guna dan tepat sasaran maka hasilnya kurang maksimal. Sebelum membantu atau bergerak menghadapi Covid-19 wajib tahu sarana apa yang dibutuhkan saat ini. Misalnya kalau ke luar pakai masker yang tepat, jangan salah pakai, bisa berabe akibatnya. Atur jarak, tapi dikesampingkan, sedapat mungkin hindari pergi ke tempat ramai, tapi pergi kesana walau pakai masker tapi tidak atur jarak, siapa tahu maskernya ada lobang atau kurang kualitasnya. Jadi penggunaan masker itu kurang efektif.

5. Efisien. Kita tidak cukup dengan efektif saja menghadapi pandemi ini, wajib juga efisien atau berhasil guna. Efektif itu berhenti di “output” tapi dengan efisien akan berakhir di “outcome” artinya keduanya wajib berkolaborasi agar Covid-19 tidak hanya cukup berakhir saja, tapi dampak ikutan perlu kita pikirkan agar seluruh aktivitas kita berjalan normal kembali. Bisa saja wabah virus berakhir tapi setelah itu kita tak berdaya, berarti butuh efisiensi disegala aspek.

6. Endurance. Semoga wabah cepat berlalu, selanjutnya kita butuh daya tahan, tidak hanya dibidang kesehatan tapi daya tahun di bidang lain seperti ekonomi, ketahanan pangan, ketahanan sosial dan ketahanan yang bersifat mikro maupun makro secara berkelanjutan. Sebab “wabah” lain bisa saja muncul jika ketahanan lain tidak kita tumbuh kembangkan secara terintegrasi. Walau kita semua tentu tidak berharap sesuatu yang “buruk” akan terjadi di tengah-tengah masyarakat yang cinta damai ini.

Jika ENAM E itu telah dilakukan maka hasilnya juga ENAM E . Apa itu mari ikuti cerita berikut ini.
1. Excellent. Hasil yang dicapai akan menjadi luar biasa, dan kita akan punya pengalaman matang dalam menghadapi wabah, walaupun kita tidak berharap sampai terjadi wabah lain. Tapi minimal kita punya cara-cara terbaik dan unggul dalam menghadapi tantangan dan ancaman, walau dengan wujud dan bentuk berbeda. Kebiasaan secara terus menerus akan menjadi “lifestyle” dan itu akan menjadi budaya. Suatu hasil dari cipta, rasa dan karsa atas keberhasilan menghadapi PANDEMI COVID-19 ini. Proses pendidikan dan pembelajaran yang luar biasa untuk kita semua tanpa mengenal kluster dan stratifikasi sosial. Kita semua memiliki peran dan posisi sama dalam menghalau virus ini. Pengalaman baru yang very excellent.

2. Expert. Kecakapan akan tumbuh dan selalu melekat dalam hidup kita, bila kita ikut menjadi pelaku dalam menghadang dan membasmi wabah virus ini. Kita ditajamkan kecakapan karena punya pengalaman, terlatih dan terasah oleh keadaan. Berarti kita semakin cakap dan cerdas menyikapi arti penting kesehatan dan kebersihan lingkungan, termasuk kepekaan sosial akibat corona virus ini. Skill adalah salah satu “kesaktian” kita untuk mengisi dan memenuhi segala kebutuhan sehingga kita bisa bertahan hidup untuk turut mengabdi di negeri ini. Mari isi hidup kita dengan “skill” seperti HUMAN SKILL, CONCEPTUAL SKILL, DESIGN SKILL, MANAGERIAL SKILL, TECHNICAL SKILL, SOFT SKILL and SPIRITUAL SKILL agar hidup kita lebih bermanfaat, terhormat dan bermartabat…

3. Example. Memberi contoh adalah tidak mudah. Sebab gampang diucapkan sulit dilakukan. Dalam menghadapi Covid-19 ini dibutuhkan contoh, maka dengan menjalankan ENAM E di atas, maka kita akan bisa menjadi TRENDSETTER, KIBLAT, PANUTAN dan REFERENSI terutama dalam ikut membantu menangulangi Covid-19 tidak meluas kemana-mana di tengah-tengah masyarakat luas.

4. Eminence. Ini adalah sesuatu yang bernilai unggul atau superior. Kita akan kenang sepanjang jaman perjalanan ikut serta terlibat dalam Covid-19 ini. Betul-betul monumental dan akan kekal abadi pengabdian setiap orang yang turut secara sukarela berjuang menghadapi pandemi ini. Pengabdian tidak akan lekang dan lapuk karena hujan dan panas, termasuk berjalan nya waktu. Oleh karena itu mari gunakan kesempatan ini untuk berbuat, mengabdi dan melakukan apa saja terpenting adalah menghalau dan memutus mata rantai pandemi covid-19 di wilayah kita masing-masing.Tak perlu dicatat dan dapat penghargaan terpenting berbuat sekecil dan sesederhana apapun. Tidak perlu diingat dan lakukan saja, itu yang lebih penting.

5. Esteem. Rasa bangga dan terharu, bila kita telah berbuat. Kepuasan bathin akan terasa tatkala covid-19 telah berakhir. Tidak perlu dihitung perbuatan kita, terpenting kita semua bangga karena bisa kembali bertemu dengan teman-teman sejawat dalam melanjutkan dharma kita masing-masing sesuai dengan profesi berbasis semangat dan talenta.

6. Eternal. Kelanggengan dan keabadian menjadi tujuan hidup, jika kita sudah berbuat dengan rangkaian dan urut-urutan diatas, niscaya kita punya rasa percaya diri dan rasa bertanggungjawab yang semakin kokoh dan semakin kuat sehingga terpatri dalam kelanggengan atau keabadian. *Oleh Prof. Dasi Astawa