Dukung Penyandang Disabilitas Asah Kemahirannya, DNetwork Luncurkan Program “Aku Mampu”

(Baliekbis.com), DNetwork – Jaringan Kerja Disabilitas baru saja meluncurkan program baru berjudul “Aku Mampu” pada Sabtu (22/8). Peluncuran ini ditandai dengan gelaran acara virtual lewat kanal online AtAmerica, yang merupakan pusat kebudayaan Amerika Serikat. Acara peluncuran program “Aku Mampu” dibuka dengan sambutan dari Emily Abraham selaku Assistant Cultural Attaché di Kedutaan Besar Amerika Serikat. Dalam sambutannya, ia menyatakan senang mendukung program-program sosial yang tujuannya mewujudkan masyarakat inklusif.

“Aku Mampu” merupakan salah satu program yang didukung penuh oleh YSEALI (Young South East Asian Leaders Initiative) Seeds for the Future, sebuah program asuhan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang didanai melalui hibah dari Misi Amerika Serikat untuk ASEAN. Program ini bertujuan membantu mengambangkan keterampilan dan pengetahun para penyandang disabilitas di Indonesia agar selaras dengan peluang karir masa kini melalui modul persiapan kerja yang terdiri dari format teks, suara, dan video bahasa isyarat Indonesia, serta kelas-kelas online. “Aku Mampu” juga mendukung penyandang disabilitas yang ingin berwirausaha dengan menggelar pendampingan dan memberi beasiswa modal usaha. Selain itu, “Aku Mampu” juga memberikan sesi edukasi online bagi perusahaan-perusahaan agar siap mempekerjakan penyandang disabilitas.

Acara peluncuran program “Aku Mampu” juga diwarnai dengan diskusi seru seputar peluang karir bagi penyandang disabilitas di masa kini. Hadir empat orang pembicara di sesi ini. Pertama, Nicky Claraentia selaku co-founder Tenoon yang juga penyandang disabilitas daksa. Ia bercerita tentang keterlibatannya di ThisAble Enterprise, sebuah wadah pemberdayaan disabilitas yang dirintis Angkie Yudistia, salah staf khusus Presiden Jokowi. Nicky percaya akan potensi teman-teman disabilitas di negeri ini, karenanya ia konsisten bekerja untuk menyediakan berbagai platform bagi penyandang disabilitas untuk mengasah dan mengaplikasikan kemahirannya.

Pembicara kedua ialah Dani Aditya, seorang komika Indonesia yang namanya mencuat setelah ikut kompetisi stand up comedy di sebuah stasiun TV swasta. Pria asal Malang ini adalah pelawak berkursi roda pertama di Indonesia. Dalam diskusi, ia memaparkan alasan di balik materi lawaknya yang selalu meliputi kisah-kisah pribadinya sebagai seorang disabilitas. Ia ingin membuktikan, setiap orang punya cerita yang berwarna; kehidupan disabilitas pun tidak selalu tragis atau mengharukan, malah sering kali lucu dan mengundang tawa. “Soalnya orang tuh kalau lihat disabilitas seringnya nangis, terharu, bahkan waktu saya ngelawak aja ada yang bukannya ketawa tapi nangis,” ujarnya.

Ajiwan Arief, pembicara ketiga, seorang tunanetra yang merupakan editor di Solider.id, sebuah media online yang fokus menyoroti isu disabilitas dan inklusivitas. Ia telah menulis beberapa buku bertema aktivisme dan kini menjabat sebagai Ketua DPD ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam diskusi, Ajiwan membahas tentang stigma yang melekat terhadap tunanetra, “banyak yang kira kami hanya bisa memijat dan bermusik atau menyanyi. Ini sudah sangat identik, karena juga dilanggengkan oleh banyak faktor pendukung. Namun sebenarnya, tunanetra bisa melakukan banyak hal, terutama dengan teknologi yang ada di jaman sekarang.”

Pembicara terakhir adalah Michael Sungkharisma, seorang Tuli yang juga pemilik Warung Mie Ayam Makar. Kini ia sukses membangun bisnis kulinernya hingga punya empat cabang di Jakarta. Karir Michael dimulai saat ia merantau ke Bali dan dihubungkan oelh DNetwork untuk bekerja di sebuah hotel, di bagian dapur. Dari situlah ia mengasah skill memasaknya, sampai akhirnya pulang ke Jakarta dan mendirikan usaha sendiri. Di warungnya, Michael juga mempekerjakan sesama Tuli. Menurutnya, dengan dibukakannya kesempatan untuk dirinya mulai bekerja dan belajar, motivasinya untuk terus belajar dan bekerja keras juga terpacu. Semoga program “Aku Mampu” dapat menjadi pembuka kesempatan bagi banyak penyandang disabilitas lainnya di Indonesia, dan cita-cita menjadi negeri yang inklusif akan terwujud. (ist)