Dukung Pariwisata, Bali Perlu Optimalkan Pengembangan Pelabuhan Laut

(Baliekbis.com), Perekonomian Bali ke depan masih menghadapi sejumlah tantangan di berbagai sektor. Salah satu sektor yang perlu dicermati yaitu perkembangan industri pariwisata. 

Pasalnya, besarnya ketergantungan terhadap kedatangan wisatawan melalui jalur udara menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Bali. Khususnya bila terjadi bencana alam seperti beberapa waktu yang lalu (Erupsi Gunung Agung). “Untuk itu pengembangan pelabuhan laut seperti “Benoa Tourism Port” menjadi suatu hal strategis alternatif pintu masuk ke Bali. Di samping juga pengembangan pelabuhan Celukan Bawang sebagai salah satu pelabuhan penumpang untuk kapal pesiar, menjadi alternatif peningkatan akses untuk kunjungan wisatawan ke Bali melalui jalur laut,” ujar Kepala KPw BI Provinsi Bali Causa Iman Karana yang akrab disapa CIK, Jumat (4/1). 

Upaya lainnya tambah CIK yakni  KPw BI Bali  merekomendasikan program pengembangan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru, melalui hilirisasi komoditas perkebunan untuk pasar ekspor, seperti kakao dan kopi yang telah memiliki potensi pasar di luar negeri. Juga pengembangan industri kreatif yang saat ini sedang berkembang secara global, menjadi salah satu upaya yang dapat ditempuh. 

Dikatakan perubahan struktur wisatawan yang datang ke Bali berdampak pada  kualitas wisman yang cenderung menurun, baik dari sisi belanja maupun dari rata-rata lama tinggal. Kondisi ini menjadi salah satu tantangan ekonomi Bali. Usulan pengembangan mass tourism dan quality tourism juga menjadi salah satu topik pembahasan strategis dan hangat di kalangan pelaku usaha pariwisata. 

“Menghadapi tantangan ini dan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Bali yang berkesinambungan dan berkelanjutan, pengembangan pariwisata Bali ke depan diusulkan untuk dapat difokuskan pada pengembangan strategi mix tourism, yaitu target kuantitas wisman tetap diupayakan tercapai, namun juga perlu didorong kedatangan wisman dengan pengeluaran yang tinggi dan waktu kunjungan yang lebih lama (quality tourism),” jelasnya. 

Pengembangan quality tourism ini dapat dilakukan melalui pengembangan paket wisata minat khusus meliputi MICE, medical tourism, sport tourism dan retired tourism. Selain itu, pengembangan pasar alternatif wisman juga harus dilakukan, antara lain ke kawasan Eropa Tengah, Timur Tengah, Eropa Timur, Rusia serta beberapa kawasan di Afrika yang memiliki potensi cukup besar dan daya beli yang tinggi. 

Di sisi lain CIK mengatakan pelaksanaan kegiatan IMF-WB Annual Meeting pada Oktober 2018 menjadi bukti dari bentuk Quality Tourism yaitu perhelatan MICE berskala internasional. Event ini diprakirakan memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja ekonomi Bali di 2018, khususnya pada triwulan IV 2018 sehingga ekonomi Bali akan tumbuh di kisaran 6,80%-7,20% (yoy). BI juga merekomendasikan dilakukan zonasi wilayah terhadap destinasi wisata sesuai dengan potensi dan karakternya masing-masing. 

Sementara itu CEO Pelindo III Regional Bali Nusra I Wayan Eka Saputra di sela-sela penyambutan kapal pesiar mewah Seven Seas Mariner yang membawa 489 wisatawan dan 450 orang kru di Pelabuhan Benoa, Senin (31/12) malam mengatakan Pelabuhan Benoa semakin diminati operator kapal pesiar kelas dunia. Buktinya sepanjang tahun 2018, total ada 66 kapal pesiar mewah yang berlabuh di Benoa, dengan total penumpang hampir 54 ribu orang wisatawan.

“Capaian ini menunjukkan ada pertumbuhan di atas 10 persen dibandingkan jumlah kunjungan di tahun 2017 dimana ada 49 ribu penumpang wisatawan kapal pesiar yang dibawa ke Pelabuhan Benoa,” kata Eka Saputra. “Tahun 2019 kami makin optimis Pelabuhan Benoa semakin banyak dikunjungi kapal pesiar. Pada  2019 yang mau datang tercatat ada 75 kapal pesiar,” jelasnya. (bas)