Drs. Nyoman Sarjana,MIKom.: SIP School Kolaborasikan Budaya Lokal dengan Internasional

(Baliekbis.com),Keberadaan SIP School yang dirintis sejak tahun 2003 silam tetap menitikberatkan pada pendidikan karakter dan budaya lokal selain mengadopsi budaya internasional.

“Kita kolaborasikan budaya lokal, nasional dan internasional untuk diajarkan kepada anak sejal dini. Sehingga ke depan di tengah kemajuan dan era globalisasi anak-anak lebih siap,” jelas Ketua Yayasan sekaligus owner SIP (Siswa Indah Prima) School Drs. I Nyoman Sarjana, MIKom. saat acara wisuda XIV, Rabu (3/6/2020).

Pendidikan karakter dan budaya itu dinilainya penting karena ke depan anak-anak akan terjun dalam dunia global sehingga sejak dini mesti diperkenalkan tentang itu. Karena itu di SIP School ini, para gurunya juga ada yang dari Auatralia dan Perancis.

Acara wisuda yang digelar dengan tetap mengikuti protap kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19, pelaksanaan Wisuda Angkatan XIV SIP (Siswa Indah Prima) School Legian berlangsung semarak. Dengan memakai pakaian dan atribut lengkap, anak-anak mengikuti proses wisuda.

Anak-anak tingkat TK yang diwisuda dengan penuh keceriaan dan semangat mengikuti prosesi wisuda yang berlangsung di sekolah setempat. Selain dihadiri Ketua Yayasan beserta istri juga hadir para guru dan orangtua siswa.

“Setelah mengikuti pendidikan di SIP School, siswa siap untuk melanjutkan di sekolah dasar. Anak-anak sudah siap. Anak-anak sudah dibekali pendidikan untuk mengikuti tahapan selanjutnya,” ujar Sarjana di sela-sela acara.

Kesiapan anak-anak tersebut juga terungkap ketika penyampaian cita-cita mereka. Saat ditanya Ketua Yayasan Nyoman Sarjana mau jadi apa kelak, anak-anak spontan memberi jawaban. Satu persatu anak-anak setelah menyebutkan nama, mengaku ada yang ingin jadi dokter, polisi, tentara, guru bahkan petugas pemadam kebakaran.

Mendengar cita-cita yang disampaikan para siswa membuat Sarjana sangat gembira. Bahkan siswa yang mengaku ingin jadi guru disilakan bisa ikut saat ada kegiatan belajar di sekolah tersebut. “Nak Widya yang ingin jadi guru bisa datang ke sekolah ini sambil belajar jadi guru,” ujar Sarjana yang juga sejak kecil memang bercita-cita jadi pendidik.

Sementara beberapa siswa lainnya di antaranya Valen mengaku ingin jadi dokter dan Karin bercita-cita jadi polwan. Begitu pula Sania dan Widya sama-sama ingin jadi guru. “Saya ingin jadi polisi,” ujar Nova dan rekannya Julio mengatakan mau jadi tentara.

Menurut Sarjana, cita-cita itu penting ditanamkan sejak dini. Meski cita-cita itu bisa saja berubah. Namun setidaknya hal itu bisa menjadi motivasi dalam melakoni pendidikan selanjutnya. “Saya bisa sekolah seperti sekarang ini karena bernama Sarjana. Karena nama itulah saya bertekad harus jadi sarjana setinggi-tingginya,” ujar kandidat doktor yang juga pengusaha pariwisata ini.(bas)