Dr. Mangku Pastika,M.M.: Jadi Penyelamat Saat  Pariwisata Lesu, Pertanian perlu Diberdayakan

“Pandemi virus corona telah berdampak serius terhadap dunia pariwisata Indonesia, tidak terkecuali Bali. Pelesuan dunia pariwisata sudah mulai dirasakan oleh pekerja pariwisata dan masyarakat pada umumnya”.

(Baliekbis.com),Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. menegaskan semua pihak harus optimis agar kasus virus Corona yang telah menyebar di sejumlah negara bisa teratasi dan segera berakhir.

“Semua harus berbuat dan tidak tinggal diam.
Harus ada terobosan termasuk di sektor pertanian yang terbukti mampu menjadi penyelamat ketika terjadi guncangan ekonomi akibat lesunya pariwisata,” ujar Mangku Pastika saat FGD bertajuk: “Safety Net: Penyerapan Aspirasi: Tantangan dan Alternatif Solusi”, Senin, (9/3/2020) yang berlangsung di Sekretariat DPD RI Perwakilan Renon Denpasar.

Dalam FGD hadir sebagai narasumber
Kepala BPS Bali, Kadis Tenaga Kerja dan Energi Sumber daya Mineral, Kadis Pemajuan Masyarakat Adat dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan serta pelaku industri pariwisata (NCPI) dan tokoh. Menurut Mangku Pastika, dampak corona bisa sangat luas bukan hanya pariwisata juga pada tenaga kerja serta sektor ekonomi lainnya. “Memang yang paling terdampak adalah sektor pariwisata karena tingginya ketergantungan ekomomi Bali pada sektor ini,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Hal ini terbukti dari beberapa kasus yang menimpa sektor pariwisata, dimana pertumbuhan ekonomi turun, dan banyak tenaga kerja diistirahatkan. Namun hal sebaliknya terjadi di sektor pertanian yang justru kontribusinya meningkat signifikan dalam hal penyerapan tenaga kerja. “Saat ekonomi guncang akibat turunnya pariwisata, banyak tenaga kerja yang beralih ke sektor pertanian,” jelas Mangku Pastika.

Karena itu ke depan, peran sektor pertanian harus makin ditingkatkan. “Apalagi pariwisata Bali bergantung pada budaya dan budaya kita adalah budaya pertanian,” jelas mantan Kapolda Bali ini. Terkait pemberdayaan pertanian ini, maka dalam diskusi itu pihaknya juga menyerap masukan dari pelaku pertanian.

“Model seperti apa yang menarik minat (passion) anak-anak muda agar tertarik terjun ke sektor pertanian. Dan jangan sampai ada hambatan-hambatan ketika mereka sudah menekuni bidang itu. Sebab ini akan mempengaruhi semangat dan daya saing pasar,” ujarnya. Mangku Pastika menambahkan aspirasi yang disampaikan masyarakat akan dibawa ke pusat untuk dicarikan solusinya.

Sebagaimana disampaikan Gusde, salah seorang peserta yang menekuni bisnis pertanian, untuk mendapatkan sertifikat organik biayanya cukup besar. “Padahal kita sedang berusaha menggalakkan sektor pertanian,” tambahnya.

Sebelumnya Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan ketika terjadi gangguan ekonomi, daya tampung tenaga kerja di sektor pertanian justru naik. Bahkan tenaga kerja yang terserap sempat mencapai 700 ribu lebih di tahun 2008. “Jadi pertanian ini sejatinya menjadi penyelamat karena menampung tenaga kerja yang sangat besar,” jelasnya.

Adi Nugroho menambahkan dari 16 juta wisman ke Indonesia, 6 juta lebih (38 persen) ke Bali. Tiga negara yakni Tiongkok, Iran dan Korsel merupakan negara pemasok wisman yang besar ke Bali. Sehingga ketika negara tersebut terkena corona, dampaknya sangat besar bagi Bali. (bas)