DPC PDI Perjuangan Badung Gelar Festival Kuliner Bali, Putu Parwata: Kuliner Tradisional Percepat Pertumbuhan Ekonomi

(Baliekbis.com),Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Badung menggelar Festival Kuliner Bali dengan tema “Solid Bergerak, Wujudkan Indonesia Negara Industri Berbasis Riset dan Inovasi Nasional”,
Minggu (23/2/2020) sore.

Festival yang berlangsung di halaman Kantor DPC PDI Badung itu diikuti 15 stand kuliner tradisional Bali. Sekretaris DPC PDI Perjuangan Badung Drs. Putu Parwata saat membuka festival mengatakan potensi kuliner tradisional Bali sangat besar. Karena itu diharapkan mampu membangkitkan ekonomi rakyat dan menjadi kekuatan ekonomi kerakyatan.

“Kalau kuliner tradisional bergerak, maka ekonomi juga ikut bergerak. Kita di partai akan kawal ini agar cepat berkembang,” jelas Parwata yang juga Ketua DPRD Badung ini. Selain mendorong bangkitnya kuliner, Parwata juga mengatakan akan mendukung fasilitas yang diperlukan pelaku UMKM ini. “Kita juga akan buatkan kios untuk kuliner di Badung. Partai akan fasilitasi agar UMKM kuliner ini bisa tumbuh,” tambah Parwata.

Festival yang merupakan amanat partai dan tindak lanjut dari hasil rakernas di Jakarta ini, berbagai kuliner tradisional disajikan peserta, mulai dari tipat cantok, jaje laklak, jukut undis, sate lilit, ayam betutu dan nasi campur. Juga ada babi guling, batu bedil, sate pentul, bubur mangguh, nasi jinggo, jukut urab, nasi tepeng, bebek goreng serta bebek betutu.

Koordinator Festival Kuliner Bali I Nyoman Dirga Yusa mengatakan festival ini juga melibatkan berbagai stakeholder yakni Perempuan Sarinah Kabupaten Badung, Asosiasi Kuliner (ICA Bali), GIPI, PHRI, IHGMA, dan IFBEC serta kelompok sekaa teruna.

“Misi yang diusung yakni melestarikan dan memajukan kuliner tradisional Bali untuk dikembangkan dengan inovasi pengolahan pangan yang sesuai dengan kearifan lokal,” jelas anggota DPRD Badung dua periode ini.

Diakui selama ini, pertumbuhan kuliner tradisional tak secepat bidang lain seperti pembangunan spot atau objek pariwisata lainnya. Padahal sangat banyak jenis makanan khas Bali yang bisa dikembangkan dan memberi nilai ekonomi tinggi. “Setiap turis yang datang akan makan dan kita ketahui pendapatan dari food & beverage di hotel sangat tinggi. Jadi kalau ini bisa dikembangkan dampak ekonominya sangat besar,” jelas Dirga Yusa.

Sementara itu, Koordinator Festival Kuliner Bali Provinsi Bali, Made Ramia Adnyana mengatakan pihaknya mengumpulkan 135 resep masakan dari 9 kabupaten/kota pada event serentak, Minggu (23/2/2020) ini. Festival ini diharapkan mampu mengangkat masakan tradisional Bali ke tingkat nasional dan internasional.

“Bali memiliki hampir 10 juta kunjungan wisatawan domestik dan 6,3 juta wisman yang wajib disuguhi masakan tradisional. “Jadi ini peluangnya sangat bagus untuk pariwisata,” tambah GM Hotel Sovereign Tuban ini.

Ramia juga menekankan keharusan untuk menyajikan arak Bali kepada turis. “Kami ingin mengangkat arak bali ini sebagai spirit ke-7 dunia. Kalau ke Korea kita disuguhi soju, ke Jepang dengan sake. Tamu internasional datang ke Bali semestinya disuguhi minuman tradisional Bali, yaitu arak Bali,” tutupnya.

Ketua tim juri festival kuliner Nyoman Swastika menegaskan masakan asli Bali yang diwariskan turun-temurun mesti dipertahankan. “Masakan Bali sangat diminati oleh wisatawan mancanegara. Kami sebagai chef profesional mendapati fakta turis Italia tidak ingin makanan Italia, turis Australia juga tidak ingin barbeque. Mereka justru bertanya di mana restoran Bali yang enak,” ungkapnya.

Ada sejumlah kriteria penilaian dalam festival ini di antaranya cara penghidangan dan kebersihan (hegienis). Nantinya akan lahir peserta Best of The Best, Penampilan Terbaik, Best Service, dll. (bas)