Diskusi di GIRH, Bahas Aksi Jambret, Kemacetan hingga Persaingan Kuliner

(Baliekbis.com),Diskusi  yang melibatkan sejumlah awak media bersama kalangan pariwisata berlangsung santai jelang sunset di areal Pasar Senggol, Grand Istana Rama Hotel (GIRH), Kuta, akhir pekan lalu. Diskusi menyoroti soal maraknya aksi jambret di seputaran Kuta hingga masalah semakin ketatnya persaingan di industri kuliner. Diskusi yang dikemas dalam “Media Gathering” itu juga menyinggung seringnya terjadi kemacetan yang mengakibatkan antrean panjang di sekitar pintu keluar Tol Bali Mandara, Underpass Simpang Siur, kawasan Pantai Kuta, dan Jalan Legian hingga Seminyak dan Canggu. Menghadirkan tiga narasumber yaitu GM GIRH Adi Soenarno, F&B Director GIRH Ketut Darmayasa, dan GM Vi Ai Pi Komang Sudiarsa, dipandu wartawan senior Djoko Moeljono dari Bali Tribune diskusi yang berlangsung sekitar 2 jam itu berlangsung hangat itu juga disaksikan puluhan wisatawan domestik dan mancanegara, termasuk para pelaku pariwisata yang biasa nongkrong di sekitar GIRH.

Ketut Darmayasa yang juga menjabat Ketua Asosiasi Bartender Indonesia (ABI) Bali mengatakan, negara Indonesia sudah menandatangani nota kesepahaman dengan sepuluh negara anggota ASEAN sejak pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) awal Januari 2016 silam. Dalam perjanjian tersebut terdapat lima arus perdagangan bebas, salah satunya adalah arus bebas jasa (free flow of service). “Persaingan di industri perhotelan, khususnya pada industri kuliner, terutama di daerah wisata Pulau Bali semakin ketat. Oleh sebab itu, semua komponen, baik industri, pemerintah maupun akademisi berlomba-lomba meyakinkan dan mendukung pengelola bisnis pariwisata untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan, agar mereka selalu berkunjung ke Bali dan Kuta pada khususnya,” kata Darmayasa.Sesuai dengan Undang Undang Nomor: 10/Tahun 2009 tentang kepariwisataan, dimana setiap usaha pariwisata berkewajiban memiliki standar usaha maupun standar kompetensi yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan yang prima dan menjamin konsumen, baik faktor keselamatan, keamanan, kebersihan, dan kesehatan makanan dan minuman. Oleh karena itu perusahaan jasa layanan, baik hotel, restoran maupun jasa lainnya  harus segera membenahi diri untuk bisa bersaing, khususnya dalam hal kualitas pelayanan terhadap para pelanggannya. “Saat ini kualitas layanan menjadi isu yang dipandang sangat penting dalam memasarkan produk supaya produk dapat diterima dengan baik di pasar. Untuk menciptakan kualitas layanan yang tinggi, perusahaan harus menawarkan layanan yang mampu diterima atau dirasakan pelanggan sesuai dengan atau melebihi apa yang diharapkan oleh para wisatawan,” jelas Darmayasa,

Sementara Adi Soenarno yang juga pengamat pariwisata itu menyoroti kemacetan lalu lintas di seputar wilayah Kuta, juga maraknya aksi kriminalitas, seperti jambret, penodongan juga ulah nakal para sopir angkutan umum yang seringkali menaikan dan menurunkan penumpang tamu asing secara sembarangan, bahkan ada yang memaksa minta ongkos/tarif yang sangat mahal. “Semua pihak harus ikut terlibat untuk menciptakan sekaligus mengembangkan iklim pariwisata Bali khususnya di wilayah Kuta yang ramah, aman, dan nyaman. Juga perlu ditambah jumlah personel polisi pariwisata termasuk petugas keamanan swakarsa dengan mengenakan atribut yang mudah dikenali wisatawan, termasuk memperbanyak CCTV di sejumlah daerah yang rawan kriminalitas,” ujar Adi Soenarno seraya menyarankan adanya revolusi terkait Bali tourism mindset.

Hal senada dilontarkan Komang Sudiarsa yang tidak menampik soal maraknya aksi jambret di sekitar areal “ground zero” Monumen Bom Bali di Jalan Legian, Kuta. Pria yang akrab disapa Jack itu mengakui seringkali mendengar laporan dari sejumlah tamu asing yang kecopetan di sekitar wilayah tersebut. “Untuk itu perlu ditambah jumlah personel dari aparat kepolisian yang berseragam dinas untuk menjaga daerah tersebut. Serta memperbanyak pemasangan CCTV untuk memantu pergerakan orang termasuk lalu lalang para pelaku kejahatan yang seringkali melaksanakan aksi kejahatannya secara berkelompok. Akibat meningkatnya kasus kriminalitas ini, kunjungan wisatawan ke beberapa tampat hiburan di Legian sempat mengalami penurunan dratis,” tutur Jack. (ist)