Dimensi Sosial Komunitas Mobil VW di Bali

BALI bukan sekadar alam dan budaya yang indah. Bali juga berpeluang dan terbuka untuk hal lain. Siapa menyangka bahwa otomotif juga bisa menjadi bagian yang melengkapi dinamika kehidupan di Bali. Salah satu yang ada adalah komunitas mobil Volkswagen, atau lebih populer dengan singkatan VW, selain juga komunitas otomotif yang lain seperti komunitas mobil Willys dan beberapa mobil kuno dan antik lainnya.

 

Sekilas tentang VW

Volkswagen dalam bahasa Jerman berarti ‘mobil rakyat’. Hingga awal 1930-an, pabrik-pabrik otomotif di Jerman masih memproduksi mobil-mobil mewah. Sementara rakyat Jerman kebanyakan hanya sanggup membeli sepeda motor paling kecil. Latar belakang inilah kemudian timbul gagasan dari Serikat Buruh Jerman untuk memproduksi mobil murah pada tahun 1937. Hasilnya ialah Volkswagen (VW).  Karena VW dimaksudkan sebagai mobil rakyat, maka konon harganya hampir sama dengan sepeda motor pada masa itu di mana rakyat Jerman pada akhirnya sanggup memilikinya.

Menurut Time yang dikutip detikoto.com, VW Beetle (VW Kodok) merupakan simbol kebangkitan ekonomi Jerman pascaperang dan meningkatnya kesejahteraan kelas menengah. Pada tahun 1955, VW kodok yang ke sejuta unit dari jalur perakitan dari kota Wolfburg, markas Volkswagen di Jerman. Namun produksi VW kodok di Wolfburg berakhir pada 1978 ketika VW disibukkan dengan model Golf. Namun kenyataannya, umur VW kodok masih panjang ketika VW jenis ini kembali diproduksi di Meksiko pada 1967 hingga 2003.

VW kodok adalah mobil yang legendaris. Selain memiliki sejarah panjang, mobil ini juga sebetulnya tak lekang oleh waktu. Banyaknya orang yang memburu dan yang mengoleksi VW kodok lama adalah suatu bukti bahwa VW kodok (dan sebetulnya juga jenis VW lama yang lain!) hingga saat ini masih dapat dibanggakan. Karena VW bukan sekadar mobil, ia adalah sejarah. Pembuatannya melibatkan tak sedikit orang-orang penting dalam perjalanan riwayat VW ini.

Ketika produksi VW kodok ini benar-benar diakhiri perakitannya di Puebla, Meksiko, Volkswagen  de Mexico Chief Executive, Steffen Reiche, mengatakan, “Hari ini adalah hari terakhir (perakitan VW kodok). Ini sangat emosional.” Dan Mengutip Reuter, mobil VW kodok ini distop lantaran gagal menavigasi perubahan selera konsumen. Padahal diakui bahwa VW kodok terkenal sangat legendaris dan memiliki sejarah panjang.

Sebelum produksi VW kodok benar-benar ditutup, di masa-masa sebelumnya, produksi mobil VW kodok adalah kisa sukses untuk beberapa dekade. Bahkan di beberapa negara disebutkan VW kodok adalah jenis yang paling laris. Namun di tahun-tahun terakhir, pasaran VW kemudian melesu dan pada kahirnya benar-benar ditutup produksinya. Mobil yang mulai dibuat pada 1938 dan atas perintah Adolf Hitler itu akhirnya benar-benar berakhir. Maka, VW yang kini berseliweran di jalan-jalan adalah ‘VW dengan mutu sejarah’ di dunia otomotif.

VW di Bali

Mobil VW yang dibuat setelah diproduksi awal-awal muncul itulah yang kini dikoleksi banyak orang di seluruh dunia, termasuk juga di Bali. tentu saja karena rata-rata berusia lama, para pemilik mobil VW jenis apa pun harus telaten merawatnya, berburu suku cadang dan terbilang rajin berkonsultasi dengan bengkel-bengkel mobil. Karena perawatan yang telaten itulah mengapa VW lama itu masih sanggup eksis hingga kini dan dapat dikendarai dengan baik.

Tak jelas siapa pemilik pertama mobil VW di Bali, namun kenyataan menunjukkan betapa banyak sekali masyarakat Bali yang mengoleksi mobil jenis ini. Karena kekunoannya, mobil ini lebih banyak dipandang sebagai mobil antik dan lebih berfungsi sebagai benda-benda koleksi daripada digunakan sebagai transportasi sehari-hari. Beberapa tokoh penting Bali tak luput mengoleksi mobil VW, di antaranya adalah Wakil Gubernur Bali, Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau akrab dipanggil Cok Ace, kemudian ada pakar arsitektur tradisional Bali Profesor Rumawan Salain, Pasek Oberoi, Dolah dan beberapa tokoh Bali yang lain.  Karena keterpanggilan akan kegemaran yang sama inilah yang kemudian menjadi latar belakang terbentuknya komunitas VW di Bali.

Karena itu, kehadiran VW di Bali terbilang menonjol. Sekali-sekali beberapa mobil VW ini nampak melintas di keramaian di kota atau desa-desa di Bali. Yang lebih menarik lagi ialah bahwa VW memiliki beberapa jenis mobil seperti VW Beetle atau di sini lebih dikenal dengan sebutan VW kodok. Bentuknya yang tak seberapa besar dan memang menyerupai kodok. Ada juga VW Combi yang berbentuk memanjang dan memuat lebih banyak orang di dalamnya dan VW safari yang lebih flesibel karena atapnya bisa buka tutup.

Komunitas VW di Bali telah lama terbentuk. Mulai dekade 1980-an, orang-orang di Bali mulai mengoleksi mobil VW dengan berbagai bentuknya. Merka kumpul-kumpul, membahas dan berbagi pengetahuan tentang VW, membentuk kelompok-kelompok otomotif VW. Di momentum tertentu, mereka melakukan konvoi ke luar kota. Makin lama makin banyak yang mengoleksi mobil jenis ini. Di Bali sendiri kini ada ratusan mobil VW bermacam jenis (VW kodok, combi, safari).

Salah satu komunitas VW yang solid dan aktif di Bali adalah Komunitas Ubud VW Tour yang didirikan sejak 2011. Komunitas ini beranggota sedikitnya 60 orang pengoleksi mobil VW, namun kebanyakan mobil yang mereka koleksi adalah VW Safari keluaran antara tahun 1973-1977. Sebagaimana prinsip komunitas VW pada umumnya, komunitas Ubud VW Tour ini juga berprinsip persaudaraan. Mereka akan saling bantu jika ada satu anggota yang mobinya rusak, misalnya.

Komunitas VW bukan saja ada di Bali, melainkan juga di luar Bali. Di Indonesia, para pengoleksi VW membentuk suatu himpunan besar yang mereka namai Volkswagen Indonesia Association (VIA). VIA ini membawahi komunitas-komunitas VW yang ada di daerah-daerah. VIA memiliki 4.000 anggota. Dengan adanya asosiasi ini, para anggota pemilik VW di Indonesia dapat mempererat rasa persaudaraan, melakukan kegiatan bersama dan yang utama ialah membantu kegiatan sosial.

Untuk menjaga rasa kebersamaan dan kekeluargaan para anggota komuitas VW di seluruh Indonesia, mereka pun mempunyai acara tahunan yang mereka sebut sebagai Jambore Nasional (Jamnas) para penggemar VW di negeri ini. Higga saat ini, tercatat VIA telah melakukan Jamnas yang 50 kali, di mana yang ke-50 kali tersebut di selenggarakan di Cibubur September 2019 lalu dengan tagline “Bersatu—Bersaudara”.

Menurut rencana, Jamnas penggemar VW tahun 2020 ini akan diselenggarakan di Sanur, Bali, Desember 2020 mendatang. Sedikitnya 2.000 anggota VIA diharapkan hadir dalam Jamnas di Sanur nanti. Tema besar yang akan mereka usung adalah upaya memulihkan pariwisata Indonesia, termasuk Bali. Dalam kasus pandemi seperti sekarang ini, apakah penggemar VW luar negeri juga diundang seperti Jamnas tahun-tahun sebelumnya, tergantung dengan situasi.

Para komunitas VW Bali tentu saja menyambut gembira Jamnas VW tahun ini. Sebagai destinasi dunia, Bali sangat strategis untuk membangun image yang baik tentang dunia kepariwisataan Indoneia, khususnya Bali. Dari sini, mereka mencoba menawarkan hal-hal baik tentang situasi kepariwsataan Indonesia pada umumnya, potensi-potensi turistik, keadaan Indonesia dan Bali dari segi sosial budayanya dan lain-lain yang memungkinkan kepariwisataan Indonesia dapat pulih kembali.

Dimensi Sosial VW Bali

Jauh sebelum COVID-19, sebutan untuk virus Corona, ini memporakporandakan kepariwisataan Bali, komunitas VW Bali telah lama ‘bermain’ di dunia kepariwisataan Bali. keberadaan mereka melengkapi panorama pariwisata Bali dengan berbagai kegiatan kepariwisataan. Melakukan touring ke alam pedesaan di Bali seraya mengabarkan tentang keindahan Bali, keramahtamahan masyarakat pedesaan adalah salah satu dari dari kegaitan yang mendukung kepariwisataan Bali.

Komunitas VW di Ubud malah menjadi bagian yang aktif dalam melengkapi kepariwistaan di Ubud, Bali. Sembari tetap merawat dan menjaga kondisi mobol VW mereka, mereka juga memanfaatkan turis-turis yang datang ke Ubud dengan menyewakan mobil mereka sekaligus menawarkan touring ke alam nan indah di seputaran Ubud. Dengan cara seperti itu, mereka memperlihatkan bahwa di Bali mobil VW tetap eksis dan sekaligus juga para tamu asing itu menikmati kembali mobil antik itu yang mungkin di negara mereka sudah tak dijumpai kembali.

Pada tataran lebih jauh, komunitas-komunitas mobil VW di Bali bukan hanya berhenti sebagai ajang kegemaran otomotif, melainkan mereka juga mengomitmenkan diri untuk mempunyai peran dalam berbagai dimensi sosial dan budaya di Bali selain yang utama tentu saja mendukung kepariwisataan Bali. Para komunitas VW di Bali memiliki program-program nyata dalam partisipasi mereka, baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat. Sering juga bergerak secara spontan ketika misalnya terjadi bencana alam, musibah yang menimpa masyarakat, atau panggilan kemanusiaan lainnya seperti donor darah dan memberi sumbangan-sumbangan yang diperlukan.

Program-program komunitas VW di Bali sering juga tak harus menunggu himbauan pemerintah tentang suatu kebijakan. Melakukan penghijauan, mengampanyekan kesehatan, upaya-upaya pelesatrian alam adalah bagian dari pokok utama saat mereka melakukan touring bersama. Jadi mereka bukan sekadar konvoi memenuhi jalan-jalan, melainkan mereka juga membawa misi yang mendukung kehidupan yang lebih baik. Bahkan saat berkumpul di suatu tempat pun mereka membicarakan rencana-rencana, bersiskusi tentang suatu isu yang tengah berkembang.

Mereka menyadari bahwa Bali adalah sebuah wilayah yang multidimensi. Bali bukan sekadar keriuhan pariwisata, bukan sekadar adat dan budaya, alam dan panorama indah, tetapi adalah juga sebuah tanggung jawab bersama. Bali harus dijaga keutuhannya sebagai suatu tatanan yang spesifik, yang darinya menyebabkan dunia selalu berpaling kepada Bali. Inilah dimensi sosial yang dicoba dimasuki oleh komunitas VW di Bali, terlibat secara aktif untuk menjaga dan membangun image Bali tetap lebih baik.

Barangkali agenda utama dari Jamnas Pecinta VW  Indonesia di Sanur Bali Desember 2020 nanti bisa mengagenda misi yang disebut di atas menjadi bagian dari pembahasan, di mana salah satu titik terpenting pariwisata Indonesia adalah Bali. Apalagi yang menjadi prinsip utama yang mendasari komunitas VW di negeri ini adalah persaudaraan, maka dengan demikian pembicaraan dalam Jambora Nasional di Bali nanti akan dapat lebih bersifat kekeluargaan, lebih mudah mengembangan rencana dan implementasi sosial budaya bagi komunitas VW Indonesia.

*Putu Suasta, Alumnus Fisipol UGM dan Universitas Cornell.