Dicoret dari PSN, Dr. Mangku Pastika: Bandara Bali Utara Masih Bisa Dibangun asal Tak Gunakan APBN

(Baliekbis.com), Meski dicoret dari PSN (Proyek Strategis Nasional) bukan berarti pembangunan Bandara Bali Utara di Buleleng gagal total.

“Bandara Bali Utara masih berpeluang dibangun asal tidak menggunakan APBN. Namun pada intinya kalau mau dibangun bandara, warga harus kompak dan jangan ribut-ribut agar investornya tidak kabur,” ungkap Anggota DPD RI dapil Bali yang juga mantan Gubernur Bali dua periode Dr. Made Mangku Pastika,M.M. usai bertemu Semeton Pasek di Ubung Denpasar, Jumat (29/7) sore.

Sebagaimana diketahui rencana pembangunannya Bandara Bali Utara menjadi satu dari delapan proyek yang dicoret dari PSN karena tidak mengalami progres dan dinilai tidak bisa selesai hingga tahun 2024. Meski dicoret menurut Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Wahyu Utomo, proyek yang dikeluarkan dari PSN akan tetap dilanjutkan namun tidak lagi menjadi prioritas PSN.

Mangku Pastika mengingatkan masyarakat dan para tokoh publik, sebaiknya jangan merasa sok tahu, layaknya semua menjadi ahli penerbangan.

“Penerbangan itu menyangkut keselamatan pesawat dan manusia. Jadi bukan soal bagusnya di sini atau di situ, sebaiknya tanya dulu pada yang ahli penerbangan. Juga akan ada studi kelayakan, amdal, dan masalah dampaknya,” jelas mantan Kapolda Bali ini.

“Yang penting bersatu dulu dibangun Bandara Bali Utara. Jangan belum apa-apa sudah nolak dan demo,” ujarnya seraya menyayangkan rencana pembangunan Bandara Bali Utara sudah tidak masuk dalam Proyek Strategis Nasional.

Namun Mangku Pastika berkeyakinan kalau dibantu dalam program Public Private Partnership, proyek bandara itu masih bisa diteruskan.

Dikatakan pembangunan bandara terkait dengan keselamatan penerbangan dan keselamatan manusia. Hal itu pula yang menyebabkan progres rencana pembangunan Bandara Bali Utara tersebut bolak balik sehingga memakan waktu lama.

“Pertama kali saya sarankan di Gerokgak, karena di sana ada tanah provinsi 250 hektare, sehingga tinggal nambah sedikit sudah bisa. Tetapi dari survei yang dilakukan, tidak bisa karena dikelilingi bukit dan masalah angin,” katanya.

Sedangkan Lapangan Terbang Letkol Wisnu yang berada di Buleleng bagian barat di Desa Sumberkima Gerokgak, yang selama ini digunakan untuk pelatihan itu, kecil-kecil pesawatnya.
Manuvernya juga tidak bisa di situ, harus ke Belimbing Sari di Banyuwangi. “Nanti ke situ tinggal balik saja mendarat. Kalau untuk muter-muter di situ (Gerokgak-red) nggak berani karena lokasinya dinilai tidak aman,” ucapnya.

Sehingga, lanjut Mangku Pastika, mulailah beralih ke Kubutambahan dan saat itu ada dua konsultan yang tertarik, yang satu rencananya di darat menggunakan lahan milik desa adat, yang satu lagi rencananya di laut dan sebagian reklamasi. Jadi landasan pacunya di laut. Jadi tidak perlu ada pembebasan lahan dan tidak perlu merusak lahan yang produkti.

Namun, kemudian terjadilah persaingan antara konsultan yang berencana membangun di darat dan yang di laut. “Namanya proyek triliunan sehingga berebut mana yang lebih benar. Ini terjadi tarik ulur,” ucap Pastika.

Kemudian desa adat malah tidak begitu setuju lahan itu dipakai untuk pembangunan bandara, belum lagi lahan itu masih dikontrak orang.
Menurut Mangku Pastika, pembangunan bandara di laut ini dulu rencananya yang mau mengerjakan dari Kanada. (bas)