Dialog Interaktif “Ketahanan Pangan” Mangku Pastika, Rektor Dwijendra: Cegah Petani Jual Tanah, Pengenaan Pajak Harus Selektif

(Baliekbis.com),Rektor Universitas Dwijendra Dr. Gede Sedana mengatakan masalah yang membelit petani cukup kompleks sehingga menyebabkan sektor ini tidak bisa maksimal.

“Salah satunya masalah pajak tanah pertanian yang cukup tinggi dimana penghitungannya berdasarkan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). Mestinya untuk tanah pertanian didasari produktivitas lahan,” ujar Dr. Sedana yang juga Ketua HKTI Buleleng ini saat acara Penyerapan Aspirasi Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. yang berlangsung secara vidcon, Minggu (26/7) di Studio ALC (Agro Learning Center) di Jalan Cekomaria Gang Raya Denpasar.

ALC yang berada di lahan seluas 30 are lebih saat ini tengah membudidayakan aneka tanaman pangan dengan konsep organik. Dialog interaktif yang berlangsung dua jam mengangkat tema “Ketahanan Pangan” dipandu tim ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Wakil Ketua HKTI Bali Ir. I Gusti Nym. Nuriartha,MSi., Dr. Ir. I Dewa Nym. Ardhita,MS. serta sejumlah pelaku pertanian.

Dr.Mangku Pastika

Menurut Dr. Sedana, akibat tingginya beban pajak itu menjadi salah satu penyebab petani terpaksa menjual tanahnya. Padahal sejatinya masih banyak warga yang ingin bertani. “Kalau soal modal usaha petani bisa pinjam dan SDM juga sangat memadai,” jelasnya.

Kendala lainnya diakui produk pertanian ini cepat rusak. Sehingga ke depan penting diupayakan sistem pasar yang tepat dan ketersediaan gudang pangan ketika terjadi over produksi. Diversifikasi produksi dan diversifikasi konsumsi juga harus seimbang. Sehingga ketahanan pangan bisa terjaga secara berkesinambungan.

Hal senada disampaikan Wakil Ketua HKTI Bali Gusti Nyoman Nuriartha,MSi. yang menjelaskan pentingnya ketahanan pangan. Sebab kalau ketahanan pangan rapuh bisa berdampak pada stabilitas. Menurutnya ketahanan pangan saat ini memang terlihat stabil namun sesungguhnya semu, sebab banyak ditopang produk impor. “Impor ini tidak memberi ruang kepada petani, hanya segelintir pihak yang diuntungkan,” jelasnya.

Menurutnya ada tiga hal yang mempengaruhi ketahanan pangan yakni pertama jumlah penduduk, dimana penduduk yang banyak akan membutuhkan pangan dalam jumlah besar. Kedua produksi pangan, yang sangat dipengaruhi kelembagaan dan SDM. “Contohnya balai benih ikan yang saat ini tak jalan. Bagaimana bisa berproduksi kalau benihnya saja tak ada,” jelas mantan Kadis Perikanan ini. Dan yang ketiga diversifikasi pangan.

Masalah sulitnya bibit juga mengemuka dalam diskusi. Selain mahal, bahkan harus mendatangkan dari luar. Juga perlunya blueprint pertanian untuk mengetahui berapa kebutuhan pangan, daya dukung lahan, zonasinya berdasarkan potensi dan komoditinya. Juga masih munculnya persoalan ego sektoral, serta pemasaran. Perlu ada pasar induk untuk menampung dan memasarkan hasil petani.

Menanggapi berbagai masalah yang terjadi di sektor pertanian Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika memberi sejumlah cacatan. Yakni pengembangan pertanian juga harus memperhatikan pasar, jangan sampai produksi banyak tidak ada yang beli. Juga pentingnya edukasi bagi warga seperti pengolahan produk. Dan yang tak kalah penting adanya semacam lab untuk menangani masalah yang dihadapi petani. Seperti hama dan penyakit. “Saya tanam pisang seluas 90 are terserang penyakit yang sampai sekarang tak terdeteksi. Hal-hal seperti ini harus bisa dicarikan solusi,” tandas mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Di sisi lain, mantan Kapolda Bali ini juga mengingatkan agar mahasiswa pertanian jangan semata-semata berorientasi jadi pegawai negeri. “Jadilah petani unggul, kerja keras dan kerja cerdas,” ujar perintis Program Simantri ini.(bas)