DFF Ke-8 Angkat “Air, Perempuan dan Anak-anak”

(Baliekbis.com), Denpasar Film Festival (DFF) ke-8 tahun 2017 ini akan hadir dengan tema “Air, Perempuan dan Anak-anak”. Ini adalah bentuk kepedulian dari festival ini terhadap ancaman krisis air di berbagai daerah di Indonesia khususnya Bali yang jika tidak ada langkah mitigasi akan menjadi nyata dan sulit untuk ditangani. “Dan kami melihat di saat krisis air terjadi yang mula-mula paling menderita adalah para perempuan dan anak-anak. Itulah sebabnya kami mengangkatnya sebagai tema tahun  ini,” ujar Dodek Febriyantow Sekahet, Manajer DFF 2017 kepada wartawan, Jumat (2-/1/2016) di rumah makan Sai Laqu, Renon.  Hadir pada kesempatan tersebut Agung Bawantara selaku Direktur DFF dan Kasi Dokumentasi Disbud Denpasar Made Sudarma. Dikatakan Dodek  seperti tahun-tahun sebelumnya  program dalam festival film besutan Yayasan Bali Gulanti yang didukung Dinas Kebudayaan Denpasar ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas film dokumenter anak-anak. Kegiatan ini mencakup pelatihan, pemuteran film, pendampingan produksi, pameran, diskusi, lomba dan malam penganugerahan.

Untuk itu, diharapkan banyak partisipasi dari masyarakat menunjukkan hasil karyanya yang akan ditampilkan dalam kegiatan tersebut. Febriyantow menambahkan, kegiatan tersebut diawali dengan kemah pelatihan produksi film dokumenter  yang melibatkan para pelajar SMP dan SMA diselenggarakan di Danau Buyan, Kabupaten Buleleng, 7-11 Maret 2017. Kegiatan tersebut untuk memberikan pembekalan teknis dan wawasan mengenai kehidupan dan lingkungan. Peserta pelatihan akan melakukan praktek lapangan secara bertahap dengan instruktur dan praktisi yang mumpuni antara lain Panji Wibowo, dosen di Fakultas Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sekaligus diperkuat Rio Helmi, I Wayan Juniartha, Anthon Muhajir dan Totok Parwatha. Selain itu, lomba film dokumenter dengan hadiah total Rp 75.000.000 ini juga diisi program lain seperti  lomba resensi film dokumenter, diskusi film unggulan dan pameran foto “Project 88” yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia, khususnya Bali, 1 Maret hingga 31 Juli 2017. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut ditutup dengan acara puncak Malam Penganugerahan, 10 September 2017.

 

Adapun isu-isu penting di DFF 2017 yakni mengawal semangat kebersamaan dalam keragaman dan semangat melindungi Bali dari krisis air. Selain itu juga menguatkan komunitas film di Bali (daerah) dengan membangun jaringan dengan daerah lain di Indonesia. Tak hanya itu, DFF juga ingin membangun perfilman nasional melalui upaya apresiasi dan edukasi.  Dewa Kurator DFF antara lain; Putu Kusuma Wijaya, seorang Sutradara asal Buleleg yang merupakan Lumni Dutch Film School di Amsterdam bersama Tonny Trismarsanto seorang Sutradara asal Klaten, Peraih Lima Penghargaan Internasional di Bidang Dokumenter dan Gerzon Ron Ayawaila Dosen IKJ asal Jakarta yang merupakan Alumni Universiteit van Amsterdam. Sementara para juri dalam DFF ini yakni Slamet Rhardjo, Lawrence Blair, Rio Helmi,  I Made Bandem, Wayan Juniartha dan Bre Redana. (ist)