Dewa Susila: Bali Jadi “Key Player” Capai Target Indonesia Datangkan 20 Juta Wisman di 2019

(Baliekbis.com), Pemerhati pariwisata yang juga tokoh masyarakat Bali, I Dewa Putu Susila optimis target Indonesia mendatangkan kunjungan 20 juta orang wisatawan mancanegara (wisman) atau turis asing pada tahun 2019 tercapai  Walau di tengah ada kekhawatiran terkait dinamika dan ancaman stabilitas keamanan di tahun politik Pileg dan Pilpres 2019. “Walau memang sedikit agak berat, tapi kami optimis target kunjungan 20 juta wisman di 2019 tercapai. Tentu didukung kerja keras semua pihak dan situasi politik yang tidak chaos,” tegas Dewa Susila saat ditemui di Denpasar, Jumat  (11/1/2019).

Menurut Dewa Susila, target ini juga tergantung sejauh mana menterengnya kinerja pariwisata di Bali dan terjaganya keamanan Pulau Dewata. Sebab Bali akan menjadi salah satu pemain kunci (key player) dan menyumbang jumlah kunjungan wisman terbesar dibandingkan deerah lain di Indonesia. Bali ditargetkan minimal menyedot kunjungan 8 juta wisman pada tahun 2019. Target 8 juta tersebut merupakan 40 persen dari target nasional yang membidik 20 juta wisman pada 2019. 

“Jadi salah satu kunci tercapainya kunjungan 20 juta wisman ke Indonesia ada di Bali sebagai salah satu motor utama penggerak pariwisata Indonesia,” ujar Dewa Susila yang juga Pengurus KONI Bali Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sport Tourism.

Mengingat pentingnya peran pariwisata Bali ini terhadap kontribusi pariwisata nasional dan menyumbang devisa pariwisata terbesar, maka Dewa Susila mendukung perjuangan Pemprov Bali agar pariwisata Bali mendapatkan bantuan pemerintah pusat. Khususnya dalam hal pembenahan infrastruktur, yakni akses yang mempermudah dan memperlancar persebaran wisman ke seluruh Bali.

“Kalau akses infrastruktur tidak merata seperti sekarang ini dan begitu krodit di Bali Selatan, kami khawatir lama-lama pariwisata Bali tidak kompetitif lagi. Tentu ini merugikan secara nasional,” imbuh Dewa Susila yang juga Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Cabang Bali itu.

Kembali soal adanya kekhawatiran melambatnya laju pertumbuhan pariwisata di tahun politik Pileg dan Pilpres 2019, ini  menurut Dewa Susila hal tersebut tidak akan terjadi. Data historis menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia termasuk Bali terus meningkat. Devisa dari sektor pariwisata dan kontribusi terhadap PDB juga meningkat. Begitu juga dalam hal penyerapan tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbagai sektor.

Data dan fakta juga menunjukkan, tahun politik perhelatan pesta demokrasi di Indonesia baik Pileg, Pilpres hingga Pilkada tidak mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan. Misalnya pada tahun 2014 (tahun politik Pileg dan Pilpres) ada 9,43 juta wisman ke Indonesia naik dari tahun 2013 yang hanya tercatat 8,8 juta wisman. Kondisi yang sama juga terjadi di Bali. Pada 2013 tercatat 3,27 juta wisman dimana saat itu ada Pilgub Bali. Lalu angka kunjungan wisman naik pada 2014, menjadi 3,76 juta wisman saat juga perhelatan Pileg dan Pilpres 2014.

Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di tahun politik Pileg dan Pilpres 2019 juga pasti akan tetap terjadi.  Jika hingga akhir 2018 tercapai 17 juta wisman ke Indonesia dan asumsi pertumbuhan kunjungan wisman minimal di angka 20 persen (dengan fakta bahwa pertumbuhan pariwisata Indonesia tiga tahun belakangan di atas 20 persen bahkan sampai 25 persen) maka target 20 juta ini sangat realistis.

“Namun tetap ada beberapa tantangan dan kondisi yang harus diperhatikan pemerintah dan pelaku pariwisata,” imbuh Dewa Susila. Pertama, dinamika politik terhadap harus di jaga di ambang batas normal. Artinya jangan sampai ada kejadian luar biasa atau kerusuhan dan konflik horizontal masif di seluruh wilayah Indonesia. Jika dinamika lebih banyak di tataran perang opini dan persepsi masih wajar.

Secara psikologis wisman, tidak terlalu terpengaruh dengan situasi politik Indonesia. Namun pemerintah tetap harus menjaga citra dan persepsi dunia internasional bahwa Indonesia sangat aman untuk dikunjungi. 

“Dan ada jaminan apapun dinamika hajatan Pileg dan Pilpres tidak akan membawa gangguan keamanan yang serius bagi wisatawan,” tegas Dewa Susila. Kedua, harus diwaspadai potensi bencana alam yang bisa menjadi salah satu ancaman serius bahkan lebih berbahaya dari dinamika politik. Apalagi beberapa bulan terakhir negeri ini terus dilanda bencana. 

Mulai dari gempa bumi, gunung api aktif meletus di sejumlah daerah. Termasuk di Bali akhir tahun 2017 yang sempat membuat pariwisata Bali terpuruk. Kemudian juga tsunami di beberapa daerah, tanah longsor, banjir dan lainnya.  Pemerintah harus siap dengan mitigasi bencana termasuk secara khusus juga bagaimana penanganan dan pelayanan kepada wisatawan. “Hingga memastikan aspek penerbangan yang menjadi salah satu yang vital jangan sampai terganggu,” tegas Dewa Susila. (wbp)