Desain Berubah Total, Pengembangan Pelabuhan Benoa Tuntas 2023

(Baliekbis.com),Rencana pengembangan Pelabuhan Pelindo yang awalnya 85 hektar kini disepakati 70 hektar dengan desain baru yang juga mengakomodir kepentingan kelompok-kelompok masyarakat selain pemerintah daerah.

Keseluruhan pekerjaan pengembangan meliputi kawasan Dumping 1 seluas 25 hektar dan Dumping 2 yang mencapai 45 hektar diproyeksi selesai pada 2023 mendatang. “Kecuali untuk area yang akan digunakan untuk upacara Melasti seluas satu hektar kita minta paling lambat sudah rampung akhir Februari 2020 agar bisa digunakan masyarakat menjelang hari raya Nyepi,” ujar Gubernur Bali Wayan Koster dalam jumpa pers di rumah jabatan Jaya Sabha, Sabtu (2/11/2019) siang.

Dalam jumpa pers tersebut juga hadir Dirut Pelindo III Doso Agung, Deputi Bidang Infrastruktur Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Ridwan Djamaluddin serta CEO Regional Bali Nusa Tenggara I Wayan Eka Saputra.

Koster menjelaskan dari luasan proyek di Dumping I dan II itu, untuk wilayah Dumping I sebanyak 13 hektar akan digunakan untuk hutan kota dan sisanya 12 hektar untuk zona perikanan. “Sedangkan zona marina sudah tidak dilaksanakan,” jelas Koster.

Dirut Pelindo III Doso Agung

Untuk wilayah Dumping II yang luasnya 45 hektar, sebanyak 51 persennya akan digunakan untuk hutan kota. “Sisanya 49 persen untuk zona curah cair BBM, gas dan aftur untuk dukung kegiatan-kegiatan pelabuhan,” tambahnya.

Koster juga menjelaskan Pelindo III juga sepakat akan menghentikan kerja sama dengan Restoran Akame, Warung Made, kegiatan water sport termasuk helipad yang ada di kawasan itu. “Kontraknya memang sampai 2023, tapi kita sepakati hingga akhir 2020. Jadi waktunya masih cukup bagi pengusaha tersebut,” jelas Dirut Pelindo III Doso Agung.

Terkait penghijauan yakni pengembangan hutan kota akan diisi berbagai tanaman yang disesuaikan dengan kondisi alam setempat. “Kita juga minta agar dilibatkan ahli tanaman dari Unud selain IPB,” tambah Koster. Gubernur juga menegaskan dalam pengembangan ini, tidak boleh ada bisnis di dalam pelabuhan. “Kalau untuk bisnis, harus di luar,” ujarnya.

Dalam desain baru tersebut, sebagian besar lahan diperuntukkan bagi hutan kota. Sedangkan sebagian lagi diperuntukkan bagi kawasan pengelolaan energi, industri perikanan, dan instalasi IPAL. “Kawasan hutan kota akan menjadi salah satu paru-paru Bali, sedangkan sebagian lagi diperuntukkan bagi terminal energi, yang menyuplai kebutuhan avtur untuk Bandara Ngurah Rai dan BBM di Pelabuhan Benoa,” tambah Direktur Utama Pelindo III Doso Agung.

Sementara Deputi Bidang Infrastruktur Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Ridwan Djamaluddin menyambut baik tuntasnya desain pengembangan Pelabuhan Benoa tersebut. “Apabila Pemerintah sekarang mengembangkan 10 Bali Baru, Bali yang asli sekarang sudah bergerak lebih cepat,” ujarnya. (bas)