Deputi KPw BI Bali: Indonesia Peringkat 3 Pengekspor Kopi Terbesar di Dunia

(Baliekbis.com), Berdasarkan hasil survey Bank Indonesia terhadap UKM di Bali dan Nusa Tenggara, penggunaan e-commerce dalam penjualan produk ke luar negeri masih minim. Hanya 11% yang memanfaatkan e-commerce lokal dan 2% yang memanfaatkan e-commerce global, seperti AliBaba.com untuk komoditas kopi.

Namun demikian, penurunan ini tidak berpengaruh terhadap UMKM dengan produk berorientasi ekspor khususnya Kopi. “Indonesia menduduki peringkat ke-3 pengekspor kopi terbesar setelah Brazil dan Vietnam, serta produsen kopi terbesar ke-4 di dunia,” ujar Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda, Selasa (5/10) dalam talkshow dengan topik “Peluang dan Tantangan Ekspor Kopi ke Eropa dan Australia” sebagai rangkaian acara “Bali Jagadhita Culture Week 2021” (BJCW 2021) yang digelar
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.

Acara ini dilaksanakan secara daring dan dihadiri Atase Perdagangan Kedubes RI Brussel, Kepala Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Sydney, Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), serta UMKM dari wilayah Bali-Nusa Tenggara.

Selain itu menurut Rizki, Balai Karantina Pertanian Denpasar mencatat ekspor biji kopi Bali pada 2020 mengalami peningkatan cukup signifikan hingga 47% (yoy).

Oleh karena itu, ia berharap kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan kepada UMKM lokal terkait tren pasar dan standar yang diperlukan untuk mulai bisa mengekspor produk kopi, khususnya ke pasar Eropa dan Australia.

Beberapa penggiat ekspor di Eropa dan Australia yang hadir sebagai narasumber pada talkshow ini yaitu Mery Indriasari (Atase Perdagangan Brussel), Ayu Siti Maryam (Kepala ITPC Sydney), dan Pranoto Soenarto (Wakil Ketua Umum AEKI).

Mery menjelaskan keuntungan yang didapat UMKM jika berhasil masuk ke pasar Uni Eropa adalah sistem single market atau custom union. Pemasaran sebuah produk tidak hanya ke satu negara saja, tetapi juga ke beberapa negara di Uni Eropa.

Untuk itu, produk yang ingin dipasarkan harus berdaya saing tinggi, terstandarisasi dan mengikuti tren perkembangan dimana produk yang digemari konsumen Eropa saat ini adalah produk yang ramah lingkungan dan sehat.

Narasumber Ayu Siti Maryam menjelaskan secara umum, pasar di Eropa dan Australia lebih menyukai impor biji kopi karena mereka sendiri yang akan memanggang biji kopi sesuai selera master roaster.

Hal ini sekaligus untuk melindungi tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, bea masuk kopi roasted lebih tinggi dibanding biji kopi.
Ayu menambahkan bahwa peluang ekspor kopi ke Australia sangat terbuka lebar karena bea masuk yang dikenakan sebesar 0% dan sebagian besar masyarakat Australia lebih gemar minum kopi yang dijual di kedai kopi kecil.

Kopi Indonesia tambahnya sangat diminati oleh penduduk Eropa dan Australia karena kualitasnya lebih tinggi, meskipun harganya lebih mahal dibanding kopi Brazil dan Columbia.

Untuk itu, petani kopi Indonesia harus percaya diri untuk dapat mengekspor ke negara-negara tersebut. Senada dengan kedua pemateri sebelumnya, Pranoto Soenarto berharap talkshow ini dapat meningkatkan pengetahuan dan minat para pelaku UMKM, khususnya produk kopi untuk melakukan ekspor, serta mengajak stakeholder terkait untuk membantu para pelaku UMKM lokal dalam memasarkan produk-produknya. (ist)