Demer: Bali Perlu Bangun Ekonomi Inklusif

(Baliekbis.com), Bali ke depan perlu  membangun ekonomi inklusif dengan memberdayakan UMKM (Usaha MIkro Kecil dan Menengah). UMKM itu perlu diberi ruang pemasaran lebih luas agar bisa semakin berkembang. Potensi besar UMKM ini sangat strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kalau mereka dibiarkan maka akan kalah bersaing dengan produk luar (impor).

“Untuk itu UMKM harus  diberi ruang lebih luas masuk ke  sentra-sentra bisnis seperti hotel-hoptel berbintang dan tempat strategis lainnya,” ujar anggota Komisi VI DXPR-RI Gde Sumarjaya Linggih yang salah satunya membidangi BUMN dalam diskusi santai dengan jajaran pers di Kubu Kopi, Minggu (16/4/2017). Dengan membantu memasarkan produk lokal (UKM) ini bisa menjadi bagian CSR hotel dalam bentuk yang lebih riil dan bermanfaat langsung bagi usaha kecil.

Tokoh Golkar Bali yang akrab dipanggil Demer ini dalam diskusi tersebut selain mengungkap keberadaan  BUMN, BUMD juga menyoroti sejumlah kegiatan pembangunan yang  masih belum dijangkau rakyat banyak, seperti masalah kesehatan dan pertanian. Sekarang ini pembangunan kesehatan numplek di kota. Padahal masyarakat di desa-desa masih belum terjangkau kesehatan.

“Masa masyarakat dari Karangasem kalau mau berobat mata harus ke Denpasar. Selain jauh, juga perlu biaya tinggi dan dari mana mereka dapat uang,” ujarnya mencontohkan. Demer mengakui kalau saat ini sebagian UKM memang belum efisien, padahal potensinya sangat besar. Ini perlu mendapat perhatian lebih besar lagi. Untuk mengangkat perekonomian masyarakat Bali ke depan tambahnya perlu ada terobosan dalam mengangkat potensi lokal, salah satu cara dengan  menerapkan kolaborasi bisnis atau sharing ekonomi. “Kita tak bisa lagi jalan sendiri-sendiri di tengah persaingan yang makin ketat ini,” ujar politisi Golkar asal Buleleng ini.

Dengan kolaborasi maka semua kekuatan ekonomi local bisa dikembangkan seperti  pemilik modal berkolaborasi dengan mereka  yang ahli dalam bidang tertentu. “Kita punya rumah beberapa kamar, yang dipakai hanya sebagian (itu pun hanya pada waktu tertentu). Maka sebagian kamar yang tak dipakai ini kan bisa dibisniskan,” tambahnya mencontohkan. Diingatkan pula pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi tanpa diimbangi dengan pemerataan akan berdampak kurang baik. Salah satunya pertumbuhan tinggi itu akan diikuti dengan inflasi yang tinggi pula, harga barang akan semakin tinggi. Nah ini akan menjadi beban bagi kalangan yang berpenghasilan terbatas. (ist)