Dampak Pandemi, Dr. Murjana Yasa: Pengangguran Terdidik Dominan di Bali

(Baliekbis.com), Meski angka pengangguran di Bali terbilang lebih rendah dari nasional, namun yang memprihatinkan justru pengangguran lebih banyak terjadi pada tamatan diploma dan perguruan tinggi serta SMK.

“Pengangguran terdidik ini yang paling banyak terjadi. Justru tenaga kerja yang banyak terserap adalah tamatan SMP,” ujar Dosen FEB Unud Dr. IGW Murjana Yasa selaku narasumber saat acara Capacity Building Media yang mengangkat tema
“Kebijakan Makroprudensial BI”, Kamis (20/5) di Denpasar.

Capacity Building dipandu Ekonom Ahli BI M. Donny H. Heatubun juga menghadirkan narasumber Deputi BI Rizki Ernadi Wimanda. Dr. Murdana Yasa menambahkan tingkat pengangguran terbuka di Bali hanya 5 persen, secara nasional 7 persen. “Jadi pengangguran di Bali masih lebih baik dibandingkan nasional,” jelasnya.

Pengangguran menurut Murjana lebih disebabkan karena mereka ini masih mampu (menganggur), peluang baru yang sulit, angkatan kerja yang bertambah akibat terkena PHK dan dirumahkan serta pilih-pilih kerja.

Dr. Murjana Yasa

Dijelaskan efek pengangguran terbesar terjadi di perkotaan. “Dampak pandemi lebih besar di perkotaan dibanding di perdesaan,” jelasnya.

Namun di sisi lain dampak pandemi terhadap IPM di Bali yang menyangkut bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi ternyata kecil. Justru IPM tertinggi terjadi di Denpasar, Badung dan Gianyar.
“IPM Bali masuk rangking lima di tingkat nasional,” tambahnya.

Ke depan dalam upaya pemulihan ekonomi yang penting bagaimana mengembangkan optimisme seperti melalui ekonomi kreatif dan digital, pendidikan, kesehatan serta pertanian yang potensinya masih sangat besar.

Sementara Rizki Ernadi secara garis besar menjelaskan ada tiga tugas pokok BI yakni menjaga kebijakan moneter (suku bunga), kebijakan makro prudensial dan kebijakan sistem pembayaran.

Terkait potensi pertumbuhan ekonomi Bali di tengah pandemi ini, Rizki mengaku optimis. Ia melihat kegiatan ekonomi mulai bergerak ke arah positif. Rizki mengungkapkan potensi perkebunan untuk ekspor sangat menjanjikan, termasuk bidang perikanan. (bas)