Dampak “Awas” Gunung Agung, Usaha Angkutan Wisata Anjlok

(Baliekbis.com), Status awas Gunung Agung yang sudah cukup lama berlangsung membawa dampak semakin luas. Bukan saja bagi masyarakat di Karangasem yang secara langsung terkena dampak dari status tersebut, juga melebar ke sektor penggerak ekonomi lainnya. “Kalau status ini berlangsung makin lama, maka bisnis angkutan pariwisata akan semakin parah. Sekarang saja kita sudah turun sampai 30 persen,” ujar Ketua Organda Bali Eddy Dharmaputra, Kamis (19/10). Turunnya usaha angkutan wisata tidak terlepas dari menurunnya jumlah wisatawan yang datang. Dan yang ada pun sebagian enggan berwisata. Kondisi ini menjadikan usaha angkutan wisata banyak yang tak jalan. Eddy Dharmaputra mengaku khawatir kalau kondisi ini berlangsung lama dan tak ada perubahan status bagi Gunung Agung. “Kita kan masih belum tahu sampai kapan status awas ini. Apa akan naik lagi atau bisa turun. Ini masalahnya yang belum bisa dipastikan,” ujarnya. Dan menurut Eddy kalau ini berlangsung lama akan makin mengancam usaha angkutan wisata. Memang sejauh ini belum ada angkutan yang sampai dikandangkan. Namun semakin hari banyak angkutan yang tak jalan karena kegiatan wisata menurun. “Kita lihat saja perkembangannya semoga tambah baik. Sebab kalau ini sampai berlangsung lama jelas tidak tertutup kemungkinan usaha angkutan akan semakin parah,” tegasnya.

Puspa Negara.

Di sektor pariwisata, dampak status awas Gunung Agung juga telah terlihat. Pelaku pariwisata di Kuta, Puspa Negara mengatakan pembatalan kunjungan turis ke Bali mulai mengkhawatirkan. “Puluhan agen perjalanan sudah membatalkan kunjungannya ke Bali,” ujarnya cemas. Dan kondisi ini menurut mantan anggota DPRD Badung yang kini menjabat GM Discovery Shopping Mall Kuta ini bisa mengancam pariwisata yang selama ini menjadi urat nadi ekonomi Bali. Kecemasan terkait kondisi Gunung Agung ini juga sempat dilontarkan Gubernur Mangku Pastika saat menghadiri pertemuan petinggi Basarnas yang diikuti 58 negara di Kuta, Rabu (18/10). Dampak status awas itu bukan saja membuat masyarakat kehilangan lapangan pekerjaan, harta serta terjadinya kredit macet yang begitu tinggi juga rentetannya semakin luas. Banyak proyek pembangunan terhambat bahkan bisa mangkrak selain masalah kesehatan, pendidikan warga yang terganggu. Belum lagi menyangkut logistik yang kebutuhannya sangat tinggi. “Dengan 180 ribu pengungsi yang ada kita harus siapkan 50 ton beras setiap hari,” ujar Pastika. (bas)