Dhamantra: PHK Ibarat Habis Manis Sepah Dibuang

(Baliekbis.com), Dampak erupsi Gunung Agung yang menyebabkan anjloknya sektor pariwisata jangan dijadikan alasan pengusaha untuk merumahkan karyawan apalagi sampai melakukan PHK.

“Kalau hanya alasan turis sepi lantas karyawan dikorbankan jelas ini tak adil. Ini ibarat habis manis sepah dibuang,” ujar Anggota Komisi VI DPR-RI Nyoman Dhamantra saat diminta komentarnya, Kamis (21/12) di Dhamantra Centre terkait dampak erupsi yang menyebabkan anjloknya turis ke Bali. Menurut Dhamantra ketika untung perusahaan dan pemerintah yang paling banyak menikmati. Sekarang ketika ada masalah, justru karyawan yang pertama dijadikan korban. “Ini jelas tidak adil dan tidak manusiawi. Sebab selama ini karyawan banyak berjuang untuk kemajuan perusahaan,” tegasnya.

Karena itu politisi PDI-P ini berharap jangan sampai masalah erupsi ini menambah beban pekerja. Apalagi memutus nafkah mereka yang akan berimbas bagi keluarganya. Semestinya perusahaan dan pemerintah yang selama ini banyak mendapat berkah dari turis melakukan upaya-upaya untuk memulihkan pariwisata dan menyisihkan pendapatannya kembali agar karyawan tetap bisa bekerja. “Jangan hanya memikirkan profit saja. Sisihkan keuntungan untuk membantu karyawan. Kan nanti kalau pariwisata sudah pulih bisa untung lagi,” tegas Dhamantra. Karyawan sebagai aset jangan hanya slogan dan digembor-gemborkan saja. Sekarang saatnya membuktikannya kalau pengusaha itu peduli dengan nasib pekerjanya.

Dikatakan pengusaha wajib menjaga karyawannya yang telah lama mengabdi dengan tetap mempekerjakannya. Tak masalah perusahaan harus mengeluarkan sedikit dana untuk “mensubsidi” karyawan agar bisa tetap bertahan. Pemerintah yang selama ini juga mendapatkan pemasukan juga agar ikut membantu dengan melakukan upaya-upaya agar pariwisata segera pulih. “Di saat turis lagi sepi, pemerintah juga harus ikut peduli dengan memberi keringanan pajak bagi sektor-sektor yang terdampak pariwisata,” tegasnya. Disinggung peran pariwisata dalam meningkatkan kesejahteraan, menurut Dhamantra masih jauh kalau dilihat masih tingginya angka kemiskinan. Semestinya kalau pemasukan sektor pariwisata yang menjadi nafas ekonominya Bali bisa dinikmati masyarakat local, maka angka kemiskinan tak sebesar saat ini. “Dan masyarakat tak sampai antre bertransmigrasi. Kan kalau sampai warga memilih cara itu jelas karena ingin merubah nasib mereka yang miskin,” tegasnya. Karena itu Dhamantra berharap kontribusi dari pariwisata yang begitu besar, semaksimal mungkin harus dikembalikan baik untuk menjaga alam, budaya dan SDM local. “Jangan lagi ada alasan tenaga local tak bisa diserap karena kualitas SDM-nya. Kalau memang SDM jadi pembatas, seharusnya mereka bisa disiapkan sejak awal,” ujarnya. (bas)