Campuhan Waterfall dan Pancoran Trimala, Wisata Spiritual Penuh Kedamaian

Pengembangan desa wisata seperti Campuhan Waterfall dengan mata air (pancoran) Trimala ini sangat tepat dan menjadi trend pariwisata ke depan. Di samping sangat bersahabat dan ramah lingkungan dari investasi pun relatif tidak besar.

(Baliekbis.com), Bali sebagai daerah tempat wisata internasional sudah tidak perlu diragukan. Berbagai predikat sebagai tempat pariwisata tersohor di dunia internasional melekat dan acapkali dilekatkan oleh lembaga internasional. Terakhir Bali dinobatkan sebagai destinasi pariwisata terpopuler di Asia dan dunia versi Tripadvisor pada 2022.

Namun, harus diakui dalam kasus pandemi Covid 19 yang telah melanda dunia, tak urung Bali sangatlah terdampak olehnya. “Bayangkan Bali yang pendapatan asli daerah (PAD) bertumpu dan sangat tergantung pada periwisata, dalam dua tahun belakangan perekonomian Bali benar-benar berdampak sangat signifikan, bahkan sempat minus 9 persen lebih,” ujar Ketua NCPI (Nawa Cita Pariwisata Indonesia) Bali Agus Maha Usadha saat mengunjungi kawasan Campuhan Waterfall Baturiti dengan air terjunnya yang indah, Sabtu (2/6).

Bersama tim di antaranya Ketut Ngastawa, Djani Ananta dan Komang Puji, rombongan di tempat wisata spiritual ini juga melakukan persembahyangan di pura setempat yang dipercaya memberi ketenangan dengan pancuran air trimala-nya.

Menurut Agus Maha Usadha yang juga Pengurus Kadin Bali ini, pandemi membuat sektor-sektor di luar pariwisata juga dibuat lumpuh karenanya. Untuk mengatasi kelumpuhan ekonomi Bali berbagai kalangan, termasuk pemerintah daerah bermaksud untuk melirik sektor pertanian.

Antusiasme berbagai komponen masyarakat terhadap dunia yang sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dengan budaya (agraris) dan lingkungan Bali yang selama ini melekat dengan masyarakat Bali. Masyarakat melakukan kegiatan “bertani” dengan menggunakan lahan pekarangan yang dimiliki. Sebagai misal cara bertani “urban farming”, “demplot”.

Pada kondisi seperti itu, Nyoman Sukania pengelola Air Terjun Campuhan memanfaatkan lahan tidak kurang dari 50 are yang terletak di Desa Antapan Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan
dengan kreatif menata lingkungan yang memang sangat asri dan menyejukkan.

Apalagi di areal ini ada “campuhan” (“waterfall”) yang airnya sangat jernih mengalir ke sungai dengan penuh batu-batu menghiasi sungai itu. Di sisi sebelah kiri dari campuhan tersebut terdapat tiga pancuran mata air yang dinamakan Trimala.

Sukania menyebutkan pancuran mata air Trimala diikhtiarkan dapat memberi pembersihan terhadap ucapan, perkataan dan perbuatan bagi para pengunjung yang berlaku sebagai pemedek (yang memang hendak bersembahyang sekalian untuk melakukan penyucian diri).

Sedangkan pada bagian lebih atas terdapat padmasana. Setiap pemedek yang hendak melakukan persembahyangan usai melakukan penyucian diri akan dituntun oleh seorang pemangku.

“Pada mulanya tempat ini dicanangkan hanya untuk beristirahat. Namun, saya merasa di tempat ini bisa mendapat keteduhan, kedamaian dan kebahagiaan tersendiri. Atas masukan dari teman-teman akan lebih baik dan bermanfaat bagi banyak pihak bila tempat ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan relaksasi. Karena itu, selanjutnya saya menata lingkungan sekitarnya,” jelas Sukania.

Dalam kunjungannya ke Campuhan Waterfall Trimala, NCPI Bali menilai pengembangan desa wisata seperti ini sangat tepat dan menjadi trend pariwisata ke depan. Di samping sangat bersahabat dan ramah lingkungan dari investasi pun relatif tidak besar.

“Upaya-upaya untuk melakukan pemulihan perekonomian dalam sektor pariwisata menjadi harus kepedulian bersama. Oleh karena itu NCPI Bali dalam kunjungan ke Campuhan (“waterfall”) ini dimaksudkan memberi atensi, semangat dan dukungan bagi pelaku usaha dalam pemulihan pariwisata Bali. Apa yang dilakukan Pak Sukania ini tidak lain wujud konkret dari pengembangan obyek pariwisata yang berbasis kerakyatan dan ramah lingkungan. Obyek wisata ini merupakan objek wisata spiritual. Vibrasi spiritualitas begitu terasa,” tambah Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha didampingi I Ketut Ngastawa, I Komang Puji dan Ni Wayan Jani.

Ketua NCPI Bali ini, menambahkan dampak pandemi Covid 19 masih akan dirasakan satu dua tahun ke depan. Oleh karena itu pengembangan pariwisata ke depan harus bertumpu upaya-upaya penyelamatan dan ramah terhadap lingkungan. Pelibatan terhadap masyarakat setempat menjadi kewajiban bagi pengelola obyek wisata.

Konsep berbagi pada masyarakat sekaligus sebagai upaya pemberdayaan masyarakat menjadi tanggung jawab bersama. Dalam konteks ini kebijakan pemerintah, pemerintah daerah bersifat stimulus, relaksasi atau program-program UMKM perlu terus dikembangkan sehingga dapat mempercepat pemulihan perekonomian Bali, khususnya di bidang pariwisata. (bas)