Bottle2Fashion, Olah Sampah Plastik Jadi Pakaian

(Baliekbis.com), Persoalan sampah plastik baik di darat maupun laut perlu mendapatkan perhatian serius berbagai pihak mengingat dampaknya yang sangat luas baik dari sisi kesehatan, lingkungan bahkan pariwisata. Berdasarkan data tahun 2014 sampah yang ada di laut seluruh dunia mencapai  sekitar 269 ribu ton dan ini tersebar di lima tempat yang menjadi kumpulan sampah yang dua antaranya yang terbesar di Samudera Pasifik dan Samudera India dan kedua samudera ini yang mengapit Indonesia. “Dari arus yang bergerak selalu melewati lautan Indonesia dan ini tantangan bagi kita untuk menyelesaikan sampah tersebut,” ujar Deputi Bidang Kedaulatan Maritim, Kemenko Maritim RI, Dr. Arif Havas Oegroseno,S.H.,M.H., di sela-sela acara penandatanganan kerjasama proyek Bottle2Fashion antara Danone AQUA dan kantor produksi Apparel H&M yang dikemas dalam “Alliance for Marine Plastik Solutions Forum (AMPS)” di Hotel Padma, Kuta, Senin (4/9).

Dikatakan dua dari lima sampah plastik yang ada datangnya dari luar dan ini yang jadi tantangan bagaimana mengatasinya. Sementara  data BPS menyebutkan produk sampah sekitar 4,5 juta ton per tahun. Berapa yang bocor ke sungai atau tempat lain masih dalam penelitian. Dikatakan dampak yang ditimbulkannya dari sampah ini sangat luas baik pada pariwisata, lingkungan dan kesehatan. “Inisiatif yang dilakukan melalui AMPS dengan mengolah kembali sampah plastik menjadi produk fashion bagian dari upaya mengurangi sampah serta memberi nilai tambah ekonomi yang cukup tinggi,” jelasnya. Sebab dari sampah plastic ini dapat diolah menjadi pakaian, kaos kaki serta produk-produk lainnya. Bahkan pakar di India telah berhasil mencampur sampah plastik ini untuk pengaspalan jalan yang kualitas lebih baik dari aspal murni yang selama ini banyak digunakan.

Havas menambahkan dari riset yang dilakukan oleh Universitas Hasanuddin dan California menyebutkan, dari 100 ekor ikan yang ditangkap dari Pantai Makassar, 28 persen mengandung plastik, 67 persen di Pantai California, dan 30 Pantai di Jepang. “Plastik ini berbentuk butiran butiran yang ukurannya 0,1 mm dan yang berasal dari kosmetik seperti pembersih muka (facial scrub -red) bahkan sangat berbahaya bila terkonsumsi manusia melalui ikan yang dimakan,” tukasnya.

Sementara Presiden Direktur Danone AQUA, Corinne Tap yang didampingi Country Manager Production H&M Indonesia Jessica Vilhelmsson mengatakan, apa yang dilakukan pihaknya saat ini merupakan bentuk kontribusi swasta sebagai private sector dalam mengurangi timbunan sampah. Ada beberapa hal yang dilakukan antara melalui pengumpulan botol sampah plastik yang berpotensi mencemari lautan dan juga yang terkait dengan investment dan teknologi. “Inisiatif seperti ini kita lakukan dari Indonesia untuk Indonesia. Kenapa demikian, pasalnya proses produksi dilakukan di Indonesia dan sampah plastiknya juga diambil dari Indonesia. Kita berharap produknya bisa digunakan di Indonesia dan produknya bisa diekspor ke mancanegara,” sebut Corinne.

Ia juga mengatakan, pentingnya melakukan edukasi pada masyarakat terkait dengan limbah. “Jadi yang kita ingin lakukan melalui edukasi pada masyarakat memberi pemahaman bahwa limbah itu jika kita kelola tidak mencemari lingkungan, bisa jadi produk yang bernilai ekonomi seperti produk garmen yang diproduksi oleh H&M berupa kaos kaki dan sarung tangan berbahan polyester,” ucapnya. Sedangkan dari pihak H&M melalui Sustainability Program Manager, Annya Sapphira sebagai pencetus Bottle2Fashion mengatakan penggunaan produk berbahan dasar polyester bukanlah hal yang baru. Bedanya pihaknya menggunakan sampah plastik yang didaur ulang sebagai bahan dasar garmen untuk membuat kaos kaki dan sarung tangan. “Kenapa kita mulai dengan sarung tangan dan kaos kaki, karena memang kita mau uji coba dulu dengan kandungan polyesternya sedikit dulu sebelum masuk ke industri yang lebih besar lagi,” ujar Annya. Ia berharap produk dari Bottle2Fashion H&M sudah bisa merambah pasar pada Maret 2018. (bas)