BI Akan Telusuri Naiknya Harga Beras

(Baliekbis.com), Naiknya harga beras di pasaran belakangan ini mendapat perhatian Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bali. Pasalnya kenaikan harga komoditi penting tersebut diprediksi akan mempengaruhi tingkat inflasi.

“Sebenarnya stok beras untuk Bali dalam beberapa bulan ke depan mencukupi dan aman,” ujar Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bali Causa Iman Karana di sela-sela obrolan santai bareng media yang mengangkat topik “Kilas Balik 2017, Outlook Ekonomi Bali2018 dan Persiapan AM IMF-WB 2018”, Jumat (12/1) di Kantor KPw BI Bali. Namun dengan bergolaknya harga beras di pasaran, pihaknya berjanji akan segera berkordinasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali terutama dalam mengendalikan inflasi yang bisa dipicu oleh naiknya harga beras tersebut.

“Kami akan menelisik lebih dalam bersama BPS penyebab kecenderungan naiknya harga beras di pasaran dalam upaya mengendalikan inflasi,” ucap Causa Iman Karana yang kerap disapa CIK. Menurut CIK tergerusnya luas lahan pertanian akibat alih fungsi juga menjadi salah satu ancaman terhadap produksi beras selain faktor alam. (musim). Namun BI tetap berupaya terus mengatasi persolan pangan khususnya beras ini. BI jelasnya telah mengembangkan program cluster di bidang pertanian untuk meningkatkan produksi petani seperti beras, bawang dan komoditas penting lainnya. Dengan upaya tersebut diharapkan produksi pangan akan mencukupi dan pasokan ke konsumen terpenuhi. “Program ketahanan pangan melalui pengembangan cluster ini terus kita kembangkan karena hasilnya terbukti sangat bagus,” jelasnya.

Terkait pasokan beras, Direktur Direktorat Tertib Niaga Kemendag Veri Anggrijono dalam kunjungannya ke sejumlah pasar dan gudang Bulog di Tabanan, Rabu (10/1) lalu menegaskan stok beras di Bali mencukupi dan dalam kondisi aman untuk tiga bulan ke depan. Bahkan Veri mengatakan dengan stok yang cukup serta adanya operasi pasar, konsumen bisa menikmati harga beras sesuai ketentuan (HET). “Dengan operasi ke pasar-pasar, maka kita telah memangkas mata rantai sehingga beras dari Bulog langsung ke pasar dan konsumen. Tak ada lagi spekulan,” tegasnya.

Sementara salah seorang distributor beras di Denpasar saat dikonfirmasi, Jumat (12/1) mengatakan naiknya harga beras yang bertahan cukup lama saat ini baru pertama kali terjadi. Menurutnya Operasi Pasar (OP) yang dilakukan Bulog sejauh ini belum mampu mengendalikan harga di pasaran. Terlebih sebagian masyarakat masih belum mau memanfaatkan beras Bulog (medium) meski harganya lebih murah. “Masyarakat masih lebih suka beras jenis premium yang harganya lebih tinggi,” ujar pedagang yang enggan disebut namanya. Padahal HET beras medium ini dipatok Rp 9.350, sedangkan beras premium sekitar 13.000 per kilogram. Diperkirakan, harga akan terus merangkak naik hingga Februari. (bas)