Bertemu Seniman Gianyar, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Seniman Harus Tahu Narasi

“Keep on the Spirit” itu pesan yang ditulis Mangku Pastika pada sebuah lukisan yang dipajang di depan ruang pameran Rumah Paros yang dikelola pelukis Made “Kaek” Dharma Susila.” Pesan itu tentu memiliki makna penting bagi seniman agar pantang menyerah dan tetap semangat berkarya di saat pandemi ini”.

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M. M. kembali bertemu dengan belasan seniman dari berbagai aliran di Gianyar, setelah sebelumnya sempat berkunjung ke ARMA. Dalam temu kangen tersebut, belasan seniman selain menyampaikan apresiasinya juga berharap terus didukung sehingga seni tetap berkembang.

“Ketika Bapak jadi Gubernur telah banyak membantu seniman, sekarang pun kami berharap terus didukung dan dimotivasi agar kami bisa terus berkarya,” ujar pelukis Made “Kaek” Dharma Susila” kepada Mangku Pastika saat mengunjungi bengkel kerjanya, Rumah Paros, Sukawati Gianyar, Rabu (27/7).

Mangku Pastika bertemu para seniman selain dalam rangka reses juga untuk mengetahui kondisi para seniman saat pandemi ini. Reses yang mengangkat tema “Kreativitas Seniman di Masa Pandemi Covid-19” ini dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Mangku Pastika mengatakan selain berkarya (seni), seniman juga mesti mengemas karyanya sedemikian rupa sehingga bisa mendatangkan hasil. “Seni itu selain untuk seni, juga untuk hidup. Untuk bisa ‘menjual’ maka perlu narasi. Jadi seniman harus membekali diri dengan keterampilan bernarasi sehingga orang tahu isi karya seninya itu,” tandas mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Untuk itu seniman juga perlu panggung. Ini yang perlu didukung sehingga karya-karyanya bisa dipamerkan dan diketahui banyak orang. “Kalau kita dengar seniman banyak yang miskin, itu karena gak bisa ‘menjual’. Beda dengan pelaku bisnis, meski gak bisa melukis tapi menjadi kaya karena tahu cara menjualnya,” jelas Mangku Pastika.

Dicontohkan, saat menjadi Gubernur Bali sempat ditawari sebuah lukisan seharga Rp100 ribu. “Saya beli lukisan itu dan membawanya ke Jakarta. Dengan memberi narasi (cerita) ternyata lukisan itu laku jutaan rupiah. Jadi narasi itu penting,” ujarnya.

Juga saat terjadi bom Bali, dengan narasi yang tepat saat itu membuat Bali jadi terkenal dan dikagumi karena sukses mengungkap kasus yang terjadi. Di sisi lain Mangku Pastika memuji semangat seniman yang tak pernah berhenti berkarya. Karena itu diyakini Bali takkan pernah kering (seni) karena semangat senimannya yang begitu besar dan adanya regenerasi.

Sementara Made “Kaek” Dharma Susila, founder Rumah Paros yang berlokasi di Jalan Margapati, Banjar Palak, Sukawati, Gianyar menjelaskan Rumah Paros merupakan sebuah ruang seni yang dibangun dengan sistem arsitektur rumah Bali sekitar 20 tahun yang lalu. Di Rumah Paros ada sejumlah bangunan yang difungsikan sebagai ruang berkesenian serta tempat memajang karya-karya seni Kaek yang kebanyakan bergaya “Samar”. “Arti samar itu sesuatu yang tidak nampak jelas, kabur. Tapi kalau diteliti bisa menangkap arti dan maksudnya,” ungkap Kaek yang telah melanglang buana dengan karya-karyanya. Kaek pada kesempatan itu mendorong seniman untuk selalu bersemangat, pantang menyerah dalam kegiatan seni. ‘’Seni itu rasa, panggilan batin,” pungkasnya.

Rekannya, Ketut Sadia pelukis dari Batuan mengaku di zaman Mangku Pastika jadi Gubernur seniman banyak disupport. “Berkat Pak Mangku Pastika lukisan Batuan yang hampir punah bisa terus bertahan sampai sekarang. Bahkan kini lukisan Batuan diakui sebagai warisan dunia,” ujar Sadia. (bas)