Belajar Tari Trunajaya Sejak SMP

(Baliekbis.com), A.A. Ira Santika Dewi kelahiran Ubud tanggal 8 Mei 1999 yang kini masih bersekolah di SMK Ratnawata, Ubud mulai menekuni dunia tari terutamanya tari trunajaya sejak SMP. “Tarian  trunajaya ini bagi saya merupakan sebuah tarian hiburan kolosal atau tarian kreasi baru Bali yang menarik untuk ditarikan,” ujar Santika Dewi, Jumat (23/2) saat mengikuti lomba tari trunajaya yang diadakan oleh Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar di kampus setempat.

Diceritakan biasanya tari trunajaya lebih menggambarkan gerak-gerik pemuda yang beranjak dewasa, sangat emosional dimana tingkah lakunya yang senantiasa berusaha memikat hati wanita.”Meskipun disebut sebagai penggambaran seorang pemuda, tari ini dikategorikan dalam tari putra keras yang umumnya ditarikan oleh penari putri,” terangnya.

Tari trunajaya termasuk tari hiburan yang pertunjukannya bisa dimana saja, termasuk di halaman pura, lapangan, panggung tertutup atau terbuka. Awalnya, tari ini adalah tari tunggal yang juga termasuk “tari babancihan” karena menghadirkan karakter antara laki-laki dan perempuan. Namun seiring perkembangannya, tari trunajaya ada juga yang dibawakan oleh lebih dari satu penari. “Dalam hal durasi, tari trunajaya ini sangat fleksibel bisa pendek atau panjang,”ucapnya.

Dalam sejarahnya, tari trunajaya tidak terlepas dari tari kakebyaran yang berarti berhubungan erat dengan kebyar, sebab selalu diiringi oleh gambelan gong kebyar. Sejatinya, tari trunajaya ini sangat digemari oleh masyarakat, tidak terkecuali oleh wisatawan mancanegara. “Sementara untuk riasan wajah biasanya para penari putri menggunakan rias wajah putra halus,” terangnya. (sus)