Banyak Tak Jalan, Made Ramia: Pembentukan Desa Wisata Jangan Dipaksakan

(Baliekbis.com), Upaya memajukan pariwisata dengan mengangkat desa wisata dinilai sangat positif. Hal ini terlihat dengan pesatnya pertumbuhan beberapa desa wisata seperti Monkey Forest Ubud dan Penglipuran Bangli.

“Namun banyak pula desa wisata yang tidak jalan. Karena itu dalam merancang pembentukan desa wisata ini harus dipersiapkan dengan matang baik potensi, anggaran termasuk SDM-nya,” ujar tokoh pariwisata yang juga GM Hotel Sovereign Bali, I Made Ramia Adnyana, SE,.MM.,CHA dalam “1st Annual Hotelier Summit Indonesia 2019” yang digelar Global Hospitality Expert (GHE) di Hotel Sovereign Bali, Jumat (12/7/2019).

Menurut Ramia, pendirian desa wisata jangan terlalu ditarget atau dipaksakan atau hanya melihat sisi ekonominya saja. Kalau memang belum siap dan potensinya belum layak ‘jual’ sebaiknya jangan dibentuk dulu. Di Bali ada 1.493 desa adat. Dari jumlah itu ada sekitar 160 yang sudah menjadi desa wisata. “Tapi yang jalan baru sekitar 20,” tambah Ramia.

Melihat kondisi yang ada, menurutnya harus diseleksi betul, mana desa adat yang bisa dikembangkan menjadi desa wisata. “Jangan terlalu dipaksakan sebab ini bisa jadi bumerang. Jangan sampai budaya asing yang tak cocok juga masuk ke desa adat. Jadi harus ada kontrol yang ketat,” tegas tokoh asal Karangasem ini.

Selain desa wisata yang ke depannya bisa mendongkrak kunjungan wisatawan ke Bali, menurut Ramia ada beberapa hal mendasar yang perlu diperhatikan untuk bisa menjadi sebuah destinasi pariwisata yang dikenal dengan istilah 4A yakni attraction (atraksi), ancillary (kelembagaan), access (akses) dan accommodation (akomodasi). “4A itu bisa dilengkapi dengan 4H yakni yakni heritage, history, habitat (lingkungan) dan handycraft (souvenir),” jelas Ramia seraya mengingatkan Bali satu satunya destinasi yang mengdepankan budaya. (bas)