Bangkitkan Sektor Pariwisata, Kemenparekraf Salurkan Hibah Senilai Rp. 3,3 Triliyun

(Baliekbis.com), Pandemi Covid-19 mengakibatkan aktivitas kepariwisataan berjalan sangat lamban, banyak usaha-usaha pada industri pariwisata harus menghentikan operasionalnya. Kondisi ini sebagai akibat dari menurunnya jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun nusantara. Dalam upaya membangkitkan sektor pariwisata, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tahun ini menyalurkan hibah pariwisata lebih dari Rp. 3 Triliyun rupiah.

Hal tersebut diungkapkan Menparekraft Republik Indonesia Wishnutama Kusubandio, Sabtu (7/11) sore melalui saluran zoom meeting ketika tampil sebagai keynote speaker pada The 4th Bali International Tourism Conference. Konferensi ini diselenggarakan Pusat Unggulan Pariwisata Unud, bekerjasama dengan Prodi S2 dan S3 Pariwisata Fakultas Pariwisata Unuddan Kemenparekraf RI.

Menparekraf Wishnutama menjelaskan hibah pariwisata sebagai tidak lanjut dari kebijakan Presiden Joko Widodo dalam menangani dampak Covid-19 terhadap dunia pariwisata. Ada tiga kebijakan yakni proteksi sosial terhadap pekerja pariwisata, realokasi anggaran Kemenparekraf, serta memberikan stimulus ekonomi. Kebijakan ini diambil karena pengangguran di sektor pariwisata meningkat tajam akibat Covid-19. Tercatat ada 13 Juta pekerja di sektor pariwisata dan 34 Juta pekerja di luar sektor pariwisata namun bertalian dengan aktivitas pariwisata kehilangan pekerjaan yang harus mendapat perhatian serius. Oleh karena itu, stimulus ekonomi dikeluarkan pemerintah RI dengan anggaran lebih dari 24 Miliar Dollar AS untuk menguatkan masyarakat dapat bertahan melewati krisis.

Secara khusus Kemenparekraf telah meluncurkan berbagai program. Satu diantaranya, Kemenparekraf mendukung kampanye perilaku hidup sehat, yang dalam sektor pariwisata diformulasikan dalam program pengelolaan destinasi dan daya tarik wisata dengan standar cleanliness, healthy, safety, and environmental sustainability (CHSE) protocol. “Ada juga penyaluran bantuan kebutuhan pokok, peningkatan hygienitas dan sanitasi lingkungan. Saat ini Kemeparekraf senilai Rp. 3,3 Triliyun untuk membantu meringankan beban pemerintah daerah dan pengusaha pariwisata (hotel, restoran, serta pengelola daya tarik),” tegas Wishnutama.

Selanjutnya Wishnutama berharap konferensi dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk membantu pemerintah menangani dampak negatif pandemic Covid-19. Dikatakannya, energi dan inspirasi  positif yang mengemuka dalam diskusi dapat menghasilkan solusi yang diharapkan. “Kami sangat mengapresiasi semangat para peneliti Pusat Unggulan Pariwisata Unud, untuk tetap melaksanakan konferensi di tengah pandemi,”  tegar Wishnutama. Ditambahkan, tema konferensi Tourism and Creative Economy in Respon to Pandemic Covid-19 sangat relevan dengan situasi saat ini. Dalam bisnis pariwisata kreativitas pemasaran digital menjadi sangat penting dimana setiap destinasi mengembangkan pemasaran elektronik sehingga kreativitas kontet digital permintaannya sangat tinggi.

Wishnutama menekankan Bali tetap menjadi destinasi wisataterkemuka di Indonesia dan pemerintah sudah melaksanakan berbagai program untuk mempercepat pemulihan kembali (recovery) aktivitas kepariwisataan di Bali dalam dua bulan terakhir. Upaya ini, katanya, cukup berhasil terbukti sudah ratusan ribu wisatawan bekunjung ke Bali. Indikasinya, penerbangan sudah mulai ramai seperti Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Denpasar sudah ada 17 kali penerbangan dalam sehari, dari sebelumnya hanya satu atau dua kali penerbangan saja.

Dua keynote speaker lainnya Wakil Gubernur Bali Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si (TjokAce), dan Peneliti Pupar Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc. Tjok Ace menegaskan pariwisata dan ekonomi kreatif harus tumbuh bersama karena saling mempengaruhi satu sama lain. Pariwisata dapat mendorong tumbuhnya ide-ide baru untuk menumbuhkan ekonomi kreatif, sebaliknya kegiatan ekonomi kreatif dapat dijadikan atraksi wisata baru. Pemerintah Provinsi Bali siap bekerja dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan protokol kesehatan di sektor pariwisiata sehingga pelaksanaan aktivitas wisata di era new normal dapat berjalan baik.

Sementara itu Prof. Pitana menjelaskan pola perjalanan wisata di era pandemi mengalami perubahan. “Stay-vacation, menjadi trend baru perjalanan wisata, sehingga menjadi tantangan khusus bagi pengelola daya tarik wisata. Sekarang orang cenderung melakukan perjalanan wisata di dekat tempat tinggalnya, seperti orang yang tinggal di Denpasar cukup berwisata ke Bedugul atau Kintamani yang hanya butuh waktu satu atau setengah hari dan kembali ke rumah,” tuturnya. Waktu berwisata yang pendek ini akibat masa pandemi ini pendapatan masyarakat menurun drastis bahkan tidak ada pemasukan. Stay-vacation pun menjadi bentuk wisata memanfaatkan uang secara bijaksana.

The 4th Bali International Tourism Conference dibuka Rektor Unud Prof. Dr. Anak Agung Raka Sudewi. Dalam sambutannya, Rektor Raka Sudewi menyatakan bangga karena civitas akademika Unud selalu punya semangat tinggi dalam berkarya walau di tengah pandemi. Dikatakan pandemi Covid-19 telah menimbulkan situasi ketidakpastian dalam bisnis pariwisata, Universitas Udayana melalui Pusat Unggulan Pariwisata berupaya memberi kontribusi positif pada proses recovery Bali padaera new normal. Sementara itu Ketua Panitia konferensi Nyoman Ariana, M.Par bersama Ketua Pupar Dr. Agung Suryawan Wiranatha menyatakan konferesi ini dilakukan secara daring dengan melibatkan enam pembicara utama baik keynote speaker dan invited speraker. Tiga diantaranya pembicara internasional yakni Guru Besar Tilburg University Belanda Prof. Greg Richards, ahli pariwisata Noel  Salazar dari Belgia dan ahli food tourism dari India Saurabh Kumar Dixit. “Konferensi ini diikuti 53 pemakalah yang akan mempresentasikan makalahnya pada parallel session,” tegas Nyoman Ariana. (ist)