Bangkitkan Potensi Lokal Menjadi Penguatan Orange Ekonomi

(Baliekbis.com), Era perekonomian memasuki tahap perubahan, dari tahap pertanian, industri, ekonomi informasi dan kali ini memasuki tahap perkembangan ekonomi kreatif. Dari ekonomi kreatif juga memasuki perkembangan Orange Ekonomi “Membangun Daya Saing Berbasis Inovasi dan Potensi Lokal” yakni memadukan antara industri kreatif dengan ekonomi Culture. Sehingga dari perubahan ini Pemkot Denpasar dibawah kepemimpinan Walikota, I.B Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Walikota, I.G.N Jaya Negara memiliki komitmen dalam perkembangan Orange Ekonomi. Hal ini dilakukan penguatan dengan melaksanakan Seminar Orange Ekonomi yang bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana serta Bank Indonesia Perwakilan Wilayah Bali, Jumat (3/3) bertempat di ruang pertemuan Bank Indonesia. Seminar dibuka secara resmi Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra ditandai dengan pemukulan gong, menghadirkan narasumber Walikota Surabaya, Tri Rismaharani, Guru Besar FEUI, Prof. Rhenald Kasali serta Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Prof. I Wayan Ramantha. Selain itu juga terlihat Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana.

Seminar menjadi pembahasan menarik yang dihadiri 400 peserta dari kalangan masyarakat umum, wirausaha muda, akademisi, dan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Denpasar.  Pembicara pertama Walikota Surabaya Tri Rismaharani dengan pembahasan penguatan potensi lokal masyarakat Surabaya dalam memperkuat Orange Ekonomi. Lebih lanjut Risma mengatakan Kota Surabaya tidak memiliki akar budaya seperti di Kota Denpasar yang mampu sebagai penguatan potensi lokal serta berdampak pada penguatan Orange Ekonomi. Namun hal ini terus dilakukan yang melibatkan seluruh masyarakat untuk penguatan budaya lewat gelaran parade budaya dari berbagai etnik yang ada di Kota Surabaya. Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kota Surabaya lebih rendah dari Kota Denpasar yakni hanya 79,47 sehingga penguatan program menjadi langkah cepat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Pemberdayaan PKL, Pahlawan Ekonomi dengan memberikan pelatihan kepada nelayan, kelompok masyarakat dan anak muda dalam meningkatkan kreatifitasnya. “Langkah dan program pemberdayaan ini diharapkan mampu meningkatkan perekonomian dan menghidupkan masyarakat secara bersama-sama,” ujar Risma.

Momentum perbaikan ekonomi global dan masih kuatnya permintaan domestik, mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2016 tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 5,02% (yoy), dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 4,88% (yoy). Perbaikan kinerja ini, didorong oleh membaiknya kinerja lapangan usaha perdagangan dan transportasi dari sisi produksi (lapangan usaha). Sementara itu dari sisi pengeluaran, peningkatan kinerja ekonomi nasional didorong oleh menguatnya kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi. Sejalan dengan perbaikan kinerja ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 2016 juga menunjukkan peningkatan dengan tumbuh sebesar 6,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh sebesar 6,03% (yoy). Perbaikan kinerja ekonomi Bali di tahun 2016, didorong oleh membaiknya kinerja investasi seiring dengan meningkatnya optimsime pelaku usaha dan meningkatnya kinerja eskpor, sejalan dengan telah mulai membaiknya ekonomi global serta meningkatnya jumlah kunjungan wisman (ekspor jasa). Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali, memiliki pangsa ekonomi sebesar 21,71% terhadap ekonomi Bali di tahun 2015. Meskipun ekonomi Denpasar mengalami perlambatan di 2015 dengan hanya tumbuh sebesar 6,18% (yoy), namun di 2016 ekonomi Denpasar diperkirakan akan tumbuh lebih baik, seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik sehingga mendorong peningkatan kinerja perdagangan sebagai salah satu lapangan usaha utama di Denpasar.

Walikota, I.B Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan Orange Ekonomi dengan penguatan dari pontensi lokal masyarakat yang tak terlepas dari akar budaya yang ada. Hal ini sangat cocok berkembang di Kota Denpasar dengan perpadauan 16 unsur ekonomi kreatif yang ada serta melakukan penajaman dengan action Orange Ekonomi yang melibatkan akademisi untuk menyusun konsep serta mengambil langkah-langkah ke depan. Seperti penguatan daya saing potensi lokal telah dilakukan Pemkot Denpasar dengan memperkuat pasar rakyat sebagai simbul ekonomi kerakyatan dengan melakukan langkah revitalisasi fisik dan penguatan pengelolaan. Hal ini memberikan sebuah bukti yang mampu berimbas pada eksistensi Pasar Rakyat telah menjadi sebuah prestasi yang mampu diraih Pasar Sindhu peringkat pertama trending atraksi di Asia Tenggara. Disamping itu Denpasar juga menjadi sebuah tempat dalam perkembangan perjalanan industri kreatif dengan keberadaan sebuah industri diantaranya industri Cartoon serta Komik Tantraz yang tak terlepas dari ekonomi culture dengan bisnis yang ada saat ini.

Ekonomi kreatif atau disebut juga orange ekonomi akan memegang peranan penting dan strategis ke depan. Bali sebagai salah satu daerah destinasi wisata dunia, menjadi salah satu daerah yang telah mampu dan dapat mengemas ekonomi kreatif melalui wisata budaya. Oleh karena itu, tepat kiranya jika dikatakan ekonomi kreatif (orange ekonomi) telah memberikan konstribusi yang signifikan terhadap perekonomian Bali. Bila direview lebih lanjut dan mengacu kategori ekonomi kreatif dari Jhon Hawkins, maka pangsa ekonomi kreatif di Bali mencapai 11,96% terhadap PDRB Bali 2016, yang terdiri atas lapangan usaha industri 3 pengolahan (selain industri makanan dan minuman) dan lapangan usaha akomodasi makan minum (khususnya sub kategori penyediaan makan minum). Pangsa ekonomi kreatif sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 11,95%. “Sementara itu dari sisi ekspor, peran ekonomi kreatif di Bali juga terkonfirmasi terhadap besarnya pangsa produk kreatif Bali berupa ekspor komoditas olahan kayu, olahan batu, furniture, pakaian jadi dan perhiasan mencapai 22,35% terhadap volume ekspor tahun 2016 dan sebesar 49,32% terhadap nilai ekspor Bali 2016,” ujar Causa Iman Karana.

Sementara Prof.  Rhenald Kasali mengatakan ekosistem ekonomi kreatif yang harus terus dikembangkan tak boleh terlepas dari potensi lokal yang dimiliki masyarakat Kota Denpasar. “Orange Ekonomi harus dibangun bersama tak terlepas dari inovasi dengan pengembangan yang tak boleh bertentangan dengan budaya masyarakat Kota Denpasar,” ujarnya. (pur)

Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD