Balinale ke-12 Mengakhiri Acara Paling Beragam, Umumkan Pemenang Tiga Kategori Film

(Baliekbis.com), Bali International Film Festival 2018 mengakhiri festivalnya dengan diramaikan oleh sineas-sineas dunia. Festival yang berlangsung satu minggu ini, dikenal juga dengan nama Balinale, menyambut lebih dari 100 filmmaker, bintang film, dan pakar industri, menayangkan 107 film dokumenter, film pendek, dan film panjang dari 30+ negara dan mengumumkan pemenang dari film in competition di malam ini.

Media Relations Michael Tandinata dalam siaran persnya, Minggu (30/9) menjelaskan festival tahun ini dimulai dengan BalinaleX Industry Forum yang mempertemukan para profesional di industri film dan televisi. Tamu spesial Balinale, Roland Joffé, turut berpartisipasi dalam Director’s Dialogue. Dalam kesempatan ini, ia menceritakan pengalaman dan kebijaksanaan yang didapatkan dari tahun-tahunnya di industri perfilman. Ia juga memberi pandangannya mengenai membangkitkan empati bagi penonton umum agar karya film dapat menceritakan kisah-kisah yang bisa dibilang spesifik kepada budaya tertentu.

Pemenang In Competition Balinale 2018 menghadirkan segment In Competition dengan 17 film yang sama kuatnya, baik regional dan internasional, didampingi oleh sineas-sineasnya: 6 film layar lebar, 6 dokumenter, dan 5 film pendek. Dengan bangga, Balinale menghadirkan Dewan Juri tahun ini antara lain; Orlow Seunke, sineas Belanda yang telah lama tinggal di Indonesia; Jeane Huang, Produser dari Taiwan; Rayya Makarim, penulis scenario dari Indonesia; dan Marinta Serina Singarimbun, penulis dari Indonesia.

Setelah mempertimbangkan, para juri menyetujui pemenang-pemenang untuk tiga kategori film. Film Irlandia Michael Inside (sutradara Frank Berry) memenangkan Best Feature Film. Dewan juri berkomentar film ini merupakan “Sebuah film yang memilukan hati, mengenai sistem penjara dan seorang remaja yang secara perlahan jatuh ke dalam kehancuran.”

Invisible Hands yang disutradarai Shraysi Tandon, memenangkan Best Documentary untuk “kebenaran mengerikan mengenai perbudakan anak-anak” yang diungkapkan lewat film ini.
Film asal Switzerland Punchline (sutradara Christophe M. Saber) memenangkan Best Short Film, yang menurut Dewan Juri merupakan “…sebuah karya yang cerdas dan menghibur; sebuah komedi modern mengenai mafia.”
Bukan hanya film-film ini, film Indonesia Night Bus yang disutradarai Emil Heradi diberikan Jury Award bagi “alur cerita dengan ketegangan emosional yang terus meningkat tiada hentinya dengan kekacauan dan konflik selama film berlangsung.”

Festival Founder Deborah Gabinetti juga memberikan penghargaan baru untuk mengapresiasi Gary L Hayes sebagai pendukung loyal Festival. “Gary merupakan seseorang yang instrumental dalam mendidik bakat-bakat di seluruh nusantara, memberikan kesempatan bagi banyak senias yang sekarang telah sukses, dan juga membantu generasi yang berbakat untuk memenuhi potensi mereka. Sungguh merupakan sebuah kehormatan bagi kami untuk mengumumkan pendirian dari Annual Gary L Hayes Award for Emerging Indonesian Filmmaker.”

Penerima Gary L Hayes Award for Emerging Indonesian Filmmaker adalah sutradara Hitlove, Ibnu Rusd Larantuka. Roland Joffé juga menerima penghargaan Bali Taksu Award untuk kreativitasnya dalam membukakan mata penonton kepada budaya dari belahan dunia lain. Roland Joffé Melihat Potensi Indonesia Roland Joffé, sutradara yang dinominasikan untuk Academy Award, hadir selama Balinale berlangsung.

Ia mendapat kesempatan untuk menonton film-film Indonesia dan berbincang dengan filmmaker lokal.
Saat ditanya pendapatnya mengenai film-film yang telah ditonton, Joffé memberikan feedback konstruktif. Ia melihat bahwa Indonesia sedang mencari cara untuk menceritakan sejarahnya dengan suara yang unik bagi Indonesia. Ia juga senang melihat kemewahan visual dari film-film Indonesia, dan mengakui bahwa Indonesia tidak ketinggalan kemajuan teknologi. Ini terlihat sekali dari cinematography yang memukau sang sutradara.

Joffé senang berada di Indonesia. Menurutnya Indonesia “mewujudkan segala sesuatu yang indah tentang Asia Tenggara, dengan keunikannya sendiri.” Ia semangat untuk meneruskan proyeknya Mata Hari. Beliau akan memperpanjang waktunya di Indonesia untuk scouting lokasi di Jawa Timur. Aktivitas Sepanjang Festival Sepanjang minggu ini, sineas lokal maupun internasional menikmati keragamannya cerita- cerita yang dibawakan oleh film-film di Balinale.

Selain pemutaran film, Balinale juga mengadakan acara dan workshop gratis yang melingkupi
restorasi film-film arsip, special effects makeup, cerita lokal dalam perfilman, dan audisi untuk kamera. Komunitas kreatif Bali juga membagikan basics of filmmaking. Program anak-anak tahunan diadakan hari Sabtu dan Minggu dengan menayangkan tujuh film anak-anak gratis. Bersama dengan Conservation International, Balinale juga membuka untuk umum sebuah pengalaman virtual reality yang menakjubkan, dimana peserta Balinale menonton film pendek Valens Reef yang bercerita tentang pelindungan terumbu karang di kepulauan Raja Ampat. Balinale diakhiri dengan film Jepang Shoplifters, disutradarai oleh Hirokazu Koreeda, yang merupakan pemenang Cannes Palmes d’Or 2018. (ist)