Bali Puisi Musik Nyanyikan yang Kecil di Bumi Dibesarkan di Langit

(Baliekbis.com), Hal yang tergolong unik digelar di Antida SoundGarden pada Jumat (06/20) malam. Di halaman rumahnya, Antida Soundgarden menghadirkan perpaduan antara Puisi dan Musik.

Group band yang menamakan diri mereka Bali Puisi Musik ini memang seringkali melakukan sinergi puisi dengan musik. Melalui sinergi ini mereka berharap puisi yang tadinya dinikmati kalangan terbatas dan tertentu (sastrawan, pecinta sastra, pengamat sastra) dapat menjangkau segmen masyarakat yang lebih luas.

“Sinergi mengandaikan “persenyawaan” antara kedua genre seni untuk lebih berdaya “gedor” untuk mencapai tujuan di atas. Dalam sinergi puisi maupun musik bukan subordinat satu atas yang lain. Tapi ibarat proses kimia menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling menguatkan” Ungkap Tan Lioe Ie, pentolan Bali Puisi Musik.

Dari segi tema puisi yang dibawakan Bali PuisiMusik, beragam : Ada renungan tentang perjalanan hidup manusia, ada tentang “kerinduan” pada “kekasih” yang dapat ditafsirkan bersifat horisontal dan vertikal, sebagaimana sifat puisi yang ambigu, ada kritik sosial, ada kepedulian terhadap lingkungan, ada persaudaraan dalam perbedaan dalam satu kemanusiaan, ada tentang pentingnya kasih sayang.

Ini bisa dilihat pada puisi Malam di Pantai Candidasa, Siapakah Kau, Exorcism, Malam Cahaya Lampion, Alam Kanak-Kanak, Co Kong Tik. Semua puisi yang disebutkan ini adalah karya Tan Lioe Ie, penyair yang sekaligus vokalis Bali Puisi Musik, yang diaransemen musiknya oleh Yande Subawa (giataris) dan dibawakan bersama Made “Dek Ong” Swandayana (Keyboardist), Putu Indrawan (Bassist) Nyoman “Kabe” Gariyasa (Drummer).

Group band ini tampil memukau di halaman Antida SoundGarden dengan membawakan lima buah lagu yang sebelumnya diisi oleh Tan Lioe Ie yang membawakan beberapa puisi dengan menggunakan teknik akustik yang juga tampil dengan membawa enam lagu.

“Bali Puisi Musik membawakan dua komposisi baru yaitu ‘Blues Untuk Boni’ karya WS. Redra, dan juga ‘Tuhan Butuh Malaikat Baru’ Karya saya sendiri. Puisi ini saya tuliskan mengingat manusia di bumi ini mulai kehilangan baru ruh kebajikannya. Ego berdasarkan premodialisme semakin mencuat, potensi konflik meninggi. Dan itu tidak elok, sehingga dibutuhkan lebih banyak lagi manusia yang lebih berhati malaikat.” tambah Tan Lioe Ie.

Bukan cuma Tan Lioe Ie dan Bali Puisi Musik saja yang mengisi panggung Antida SoundGarden. Acara ini juga dimeriahkan pula oleh Ayu Winastri, seorang penulis cerpen kenamaan Bali; dan juga Mira MM. Astra, seorang penyair yang telah merilis sebuah buku Antologi puisi tunggalnya, berujudul Pinara Pitu, yang telah terjual 2.700 eksemplar dan saat ini telah memasuki cetak ulang yang keempat.

Acara yang berlangsung selama tiga jam itu dibalut apik oleh Moch Satrio Welang, seorang MC yang juga mencintai sastra, puisi dan cerpen, yang sempat menggagas buku Antologi Puisi bersama yang berjudul “Keranda Emas”. Segenap hadirin merasakan kesunyian sekaligus keriuhan mendalam dalam hati, dan menyaksikan acara ini dengan sepenuh-seluruh. (ist)