Bali Gagal Terbaik dalam Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional

(Baliekbis.com), Duta Bahasa Provinsi Bali 2017, I Gede Darmadi (22) dan dr. Putu Gita Indraswari, S.Ked. (23) hanya mampu menjadi terbaik ketiga pada final Pemilihan Duta Bahasa Nasional tahun 2017 yang berlangsung pekan lalu di ruang Kecapi, Hotel Santika TMII Jakarta. Dengan hasil tersebut, I Gede Darmadi dan dr. Putu Gita Indraswari,S.Ked. gagal mengulang pencapaian I Gede Hadika Kresna Wirawan dan Ni Nyoman Clara Listya Dewi yang sukses menjadi Duta Bahasa Terbaik I tahun 2016.

Kepala Balai Bahasa Bali Drs, I Wayan Tama,M.Hum. yang ditemui Senin (28/8) di ruang kerjanya menuturkan kegagalan Duta Bahasa Provinsi Bali mempertahankan prestasi terbaik pertama di tahun 2016, tidak terlepas dari perubahan sistem penilaian tahun ini yang lebih ketat dari tahun sebelumnya. Mengacu pada sistem penilaian yang terus berubah-ubah setiap tahunnya, untuk tahun depan Balai Bahasa Provinsi Bali akan lebih selektif  memilih wakil Bali yang akan dikirim ke tingkat nasional. Penilaian tidak saja terfokus pada kompetensi penguasaan kebahasaan, baik bahasa Indonesia, bahasa daerah, maupun bahasa asing. “Tapi juga ditinjau dari kompetensi-kompetensi lainnya seperti pengetahuan umum, minat bakat, talenta calon duta, serta performance atau penampilan. Jadi intinya kita berupaya mencari duta yang sesuai dengan kriteria penilaian di tingkat nasional,” ungkapnya.

I Wayan Tama menambahkan belajar dari pengalaman tahun sebelumnya, ketika duta Bali sukses menjadi terbaik pertama di tahun 2016, hal tersebut tidak terlepas dari adanya proses yang lebih panjang mulai dari tahapan pemilihan di tingkat provinsi hingga pembekalan sebelum berlaga pada final tingkat nasional. Kemudian di Jakarta, finalis dari seluruh Indonesia juga wajib menjalani karantina dan mendapat uji kompetensi di Badan Bahasa Pusat. Penilaian tahun ini memang jauh lebih singkat, karena para finalis dituntut memiliki kesiapan dengan memperoleh pembekalan maupun karantina di daerah masing-masing. Jika tahun-tahun sebelumnya 50% penilaian didasarkan pada uji kemahiran berbahasa Indonesia, tahun ini persentase penilaiannya justru hanya 40%. “Ini tentu sangat mempengaruhi, tapi sekaligus tantangan agar di tahun mendatang kita mempersiapkan duta yang kompetensinya lebih baik lagi,” katanya.

I Wayan Tama beralasan faktor lain yang mempengaruhi kegagalan Bali mempertahankan prestasi terbaik I tak terlepas dari berubahnya waktu pelaksanaan pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional dari bulan Oktober ke bulan Agustus, sehingga berdampak pada minimnya persiapan dan pembinaan terhadap I Gede Darmadi dan dr. Putu Gita Indraswari sebelum berlaga di Jakarta.  I Wayan Tama mengemukakan dari 62 orang finalis Duta Bahasa 2017 yang mewakili provinsinya masing-masing, diputuskan hanya 10 finalis yang berhak melaju ke babak berikutnya. Sejumlah aspek yang menjadi penilaian meliputi aspek penyajian desain kegiatan kebahasaan dan kesastraan, pengetahuan kebahasaan serta ketrampilan berbahasa daerah dan asing, kepribadian dan penampilan, bakat dan minat, serta uji kemahiran berbahasa Indonesia. Penilaian juga didasarkan dengan pengamatan harian yang mencakup kedisiplinan, kerja sama, kesantunan, kearifan, dan kerapian maka dewan juri selanjutnya memutuskan pemenang. Berdasarkan nilai kumulatif yang dikumpulkan, Duta Bahasa asal Bali memperoleh poin 77,01 dan harus puas menempati terbaik ketiga. Nilai tersebut di bawah Duta Bahasa Provinsi DIY Muzakir Haitami dan Atik Fauzia yang meraih poin kumulatif 77,18 dan berhak menyandang Duta Bahasa Nasional terbaik pertama. Sementara, terbaik kedua menjadi milik wakil Sumatra Barat, pasangan Puja Ajunda dan Khairunnisa Nabila yang mengumpulkan nilai kumulatif 77,16,” jelasnya. (sus)