Bali Dijual ‘Murah’, Togar: Perlu Ada Standarisasi Turis ke Bali

(Baliekbis.com), Pengamat kebijakan publik yang juga advokat kawakan Togar Situmorang, S.H.,M.H.,M.AP. menyoroti ulah sejumlah travel agent di Tiongkok yang mengobral Bali dengan harga sangat miring, yakni 299 renminbi atau sekitar Rp 600 ribu untuk paket wisata 5 hari 4 malam.

“Fakta ini harus dievaluasi Pemerintah Provinsi Bali. Hanya dengan mengetahui secara mendasar alasan Bali dijual murah, maka penataan secara menyeluruh bisa dilakukan,” ungkap Caleg DPRD Bali nomor urut 7 Dapil Denpasar dari Partai Golkar ini, Kamis (18/10) di Denpasar.

Menurutnya, hujatan atau saling menyalahkan atas kondisi yang telah terjadi ini hanya akan menambah buruk keadaan. Terkait wisatawan Tiongkok yang tak perlu merogoh kocek mahal untuk berlibur ke Bali, Togar menilai juga dipicu “silau” pemerintah selama ini terhadap kuantitas alias jumlah kunjungan wisatawan tanpa memperhatikan kualitas para turis. “Berapa mereka bawa duit ke Bali saya pikir pemerintah tidak tahu. Kita tidak memakai standar layaknya negara tetangga yang menetapkan batas terendah bekal sebagai syarat turis bisa masuk ke negaranya,” ungkapnya.

Kondisi tersebut, terang Togar diperparah lagi dengan kenyataan Bali selama ini kekurangan stok guide berbahasa Mandarin. Akhirnya, peluang itu dimanfaatkan oleh turis Tiongkok. Tak hanya menjadi guide ilegal di Bali, para turis Negeri Tirai Bambu ini juga ‘menjajah’ sektor lain karena kendala kita menguasai bahasa mereka. Dengan kata lain, duit yang mereka bawa ke Bali kembali ke tangan mereka sendiri.

Sementara Bali hanya mendapatkan “kebanggaan semu” atas predikat kenaikan kunjungan wisatawan. “Istilahnya1,3 juta wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Bali pada tahun 2017 hanya numpang kencing. Kita harus serius merespons hal ini,” tegas pria kelahiran Jakarta yang kerap membantu secara gratis warga tak mampu dalam mendapatkan keadilan ini.

Menurut Togar, agar Bali bisa dijual dengan harga layak, banyak hal harus dibenahi. Togar menambahkan keberhasilan Bali menjadi tuan rumah hajatan akbar IMF-WB harus dijadikan batu pijakan untuk menata Bali ke depan. Pasalnya, ini akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Bali sekaligus alasan kuat menjual Bali dengan harga mahal bahkan sangat mahal. “Jadi tidak terjadi lagi hanya dengan Rp 600 ribu wisatawan Tiongkok bisa ke Bali. Pulang pergi dengan pesawat. Plus hotel 5 hari 4 malam. Ini sangat-sangat tidak masuk akal,” tegasnya. Togar juga mempertanyakan kemana selama ini instansi terkait sehingga hal ini bisa berlangsung sejak 3 tahun belakangan. Togar menilai fenomena perang harga itu akan lebih parah lagi bila tak ada langkah nyata untuk mengantisipasinya.

Pemerintah juga harus tegas melakukan penertiban terhadap guide ilegal. Termasuk mendeportasi para wisatawan yang tinggal dan bekerja di Pulau Dewata secara ilegal. Mereka ini memegang “visa wisata” tapi bekerja sebagai guide, fotografer, dan lain lain. Togar menyarankan Pemprov Bali segera membuat regulasi dan bekerja sama dengan pihak imigrasi untuk mengontrol dan mengawasi wisatawan yang masuk Bali. “Yang paling mendesak adalah membuat regulasi untuk menentukan tarif batas bawah uang milik wisatawan sebagai syarat masuk Bali. Ini demi menjaga Bali sebagai destinasi yang tetap eksklusif dan premium bagi dunia,” tutupnya sembari mengatakan Bali punya Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya yang perlu diintensifkan. (tmc)