‘Bale Resiliensi’, Platform Lokal-Global untuk Pengurangan Risiko Bencana

(Baliekbis.com), Yayasan IDEP Selaras Alam (IDEP) berkomitmen untuk menjembatani suara masyarakat di tingkat lokal, terlebih bagi mereka yang memiliki akses terbatas atau tidak memiliki akses sama sekali untuk berpartisipasi dalam forum-forum global yang disediakan selama perhelatan GP-DRR kali ini.

Untuk itu, IDEP berupaya menghadirkan konsep Bale Resiliensi Indonesia: Platform Lokal-Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (Global-Local Platform for Disaster Risk Reduction) sebagai pilihan alternatif para aktor penanggulangan bencana, baik mereka yang berasal dari organisasi lokal, nasional, regional maupun global yang tengah berkumpul di Nusa Dua-Bali dalam rangka GP-DRR.

Bale Resiliensi Indonesia ini diharapkan dapat menjadi platform glokal (global sekaligus lokal pada saat yang sama) untuk berbagi pengalaman, tantangan, model dan praktik baik, saran, dan juga kritik terkait penanggulangan bencana.

“Dengan demikian, tidak ada satu suarapun yang tertinggal untuk didengarkan, didiskusikan, dan pada akhirnya menjadi pemicu kolaboraksi demi upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik untuk manusia maupun alam,” ujar Direktur IDEP M. Awal dalam jumpa pers, Senin (23/5) di Warung Kubu Kopi Denpasar.

Jumpa pers terkait dengan event Global Platform untuk Pengurangan Resiko Bencana/GPDRR mengangkat tema “Pengurangan Resiko Bencana dari Sudut Pandang Ketangguhan Lokal”. Tampil pula sebagai pembicara mewakili Wapena Bali Rofiqi Hasan.

Bale Resiliensi Indonesia ini dihelat di luar lokasi GP-DRR yang berlangsung di Nusa Dua, yaitu di Kubu Kopi, Denpasar untuk dapat menjangkau kelompok masyarakat yang lebih luas. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga akan disebarluaskan secara daring melalui media sosial IDEP.

Bentuk kegiatan Bale Resiliensi Indonesia di antaranya peran serta di GP-DRR dan Panggung Resiliensi (23-28 Mei), berpartisipasi dalam kegiatan di Rumah Resiliensi Indonesia di GP-DRR (24-27 Mei) dalam bentuk Showcase media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) IDEP terkait Pengurangan Risiko Bencana (komik, banner, permainan) di booth SEKNAS dan booth Save the Children (SC) Indonesia.

Juga bincang santai menuju Masyarakat Tangguh Bencana (24-27 Mei) di Kubu Kopi Denpasar. Acara  di Warung Kubu Kopi yang disebut sebagai Bale Resiliensi ini bertujuan untuk mengakomodir Ide-ide lokal dalam penanganan bencana. Adapun topik-topik yang disajikan adalah prinsip dan sekolah premaculture, respon lokal dan rehabilitasi pasca bencana, model penguatan satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) Bali dan model sekolah tangguh bencana di Indonesia.

Direktur IDEP  berharap gagasan-gagasan Bale Resiliensi bisa didengar oleh forum GPDRR dan dijadikan pertimbangan dalam merumuskan langkah strategis penanggulangan bencana. “Kita harap suara-suara didengarkan di sana. Kalau ada kesempatan bicara, nanti akan kita sampaikan di sana,” ujar Awal yang juga sebagai delegasi resmi dalam forum GPDRR mewakili kalangan LSM.

Dijelaskan bencana yang melanda Indonesia pada umumnya disebabkan hidromedrologi. Banjir, tanah longsor, dan puting beliung mendominasi bencana alam  yang terjadi selama satu dekade terakhir. Pandemi COVID-19 yang belum berakhir sejak muncul di awal 2020 juga menambah daftar panjang kejadian bencana.

Sedangkan kapasitas dan sistem penanggulangan bencana masih belum cukup mumpuni untuk membentuk kesiapsiagaan bencana masyarakat, baik sebelum, saat, maupun setelah bencana terjadi.

Sementara perwakilan Wartawan Peduli Bencana (Wapena) Bali Rofiqi Hasan mengatakan pentingnya mengelola bencana agar tak menimbulkan hoax. “Setiap komunitas harus punya ketangguhan. Penguatan komunitas dan pendekatan lokalitas dalam mitigasi bencana sangat penting sehingga masyarakat tak tergantung pada bantuan. Diperlukan literasi tentang kebencanaan pada masyarakat luas,” jelasnya. (bas)